Ampuh! Ini 8 Teknik Jepang Atasi Rasa Malas

Bagikan

KORAN INDONESIA – Menjalani hari dengan aktivitas yang berulang tidak menutup kemungkinan rasa malas melanda. Rasa malas, tidak konsisten, sering kali sulit untuk dikendalikan bagi sebagian orang.

Jepang merupakan negara yang terkenal akan kedisiplinannya dalam berbagai hal. Sebab itu, tidak sedikit negara-negara lain yang mengapresiasi bahkan menjadikan Jepang sebagai panutan mereka.

Pernahkah Anda mendengar teknik Jepang untuk mengatasi rasa malas? Dilansir dari note.com, Rabu, 26/03/2025, terdapat 8 teknik aliran orang Jepang untuk mengatasi kemalasan.

Berikut Ampuh! Ini 8 Teknik Jepang Atasi Rasa Malas.

  1. Ikigai

Teknik pertama yang akan dibahas adalah Ikigai. Ikigai merupakan konsep Jepang mengacu pada penemuan makna dan kegembiraan di dalam hidup.

Ikigai mewakili titik temu antara apa yang Anda sukai, apa yang Anda kuasai, apa yang berharga secara sosial, dan apa yang Anda butuhkan. Ini memberikan rasa kepuasan dan kebahagiaan serta memandu upaya mencapai kehidupan yang bermakna.

  1. Kaizen

Kaizen merupakan filosofi dan pendekatan bisnis Jepang yang menekankan pada peningkatan berkelanjutan. Dengan perubahan dan peningkatan kecil, memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas.

Kaizen mendorong evolusi dan pertumbuhan organisasi dan proses yang berkelanjutan, mendorong kemampuan pemecahan masalah dan inovasi. Filosofi ini banyak digunakan di bidang-bidang seperti pengendalian kualitas dan peningkatan produktivitas.

  1. Teknik Pomodoro

Teknik yang satu ini untuk sebagian orang tentu pernah mendengarnya. Teknik pomodoro adalah teknik manajemen waktu yang membagi pekerjaan, fokus selama 25 menit (Pomodoros) dan istirahat selama 5 menit.

Tingkatkan efisiensi Anda dengan berfokus pada setiap Pomodoro dan beristirahat sejenak untuk meningkatkan fokus dan produktivitas. Teknik ini dikembangkan pada tahun 1980, namun baru-baru ini mendapatkan perhatian di komunitas mahasiswa di seluruh dunia.

  1. Hara Hachi Bu

Hara hachi bu mengacu pada makan dengan pengendalian diri dalam budaya makanan Jepang. Secara khusus, dikatakan bahwa menjaga porsi makan Anda hingga 80% dari rasa kenyang akan berkontribusi pada kesehatan dan umur panjang Anda.

Mendorong pola makan seimbang dan pengelolaan berat badan dengan menghindari makan berlebihan dan mengurangi asupan kalori.

  1. Shoshin

Shoshin adalah konsep Jepang yang mengacu pada pola pikir dan sikap awal ketika menangani sesuatu untuk pertama kalinya. Ini mengungkapkan melupakan pengetahuan dan pengalaman, memiliki hati yang rendah hati dan jujur, dan mencari kemungkinan-kemungkinan baru untuk belajar dan berkembang.

Shoshin memupuk semangat eksplorasi dan fleksibilitas, mendorong perbaikan diri terus menerus dan pemikiran kreatif.

  1. Wabi-sabi

Wabi-sabi adalah pengertian estetika Jepang yang mengacu pada penemuan keindahan dalam kesederhanaan, bukan kesempurnaan atau kemewahan. Ini mengungkapkan keindahan sementara dan fana, serta semangat menerima perubahan karena hukum alam dan perjalanan waktu.

Ini adalah estetika unik yang menumbuhkan kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam.

  1. Forest Bathing

Forest bathing adalah metode kesehatan yang mendorong relaksasi dan pemulihan pikiran dan tubuh dalam lingkungan alami. Dengan berendam di dalam hutan, Anda bisa merasakan ketenangan alam dan pemandangan hijau yang diharapkan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Forest bathing dilakukan untuk menikmati manfaat alam dan mengembalikan keseimbangan pikiran dan tubuh.

  1. Kakeibo

Kakeibo adalah metode pengelolaan anggaran rumah tangga Jepang yang mengacu pada pencatatan pendapatan dan pengeluaran serta membuat anggaran. Catat pemasukan dan pengeluaran harian Anda dalam buku catatan.

Hal itu untuk mendorong tabungan dan pengeluaran yang bijaksana. Ini digunakan untuk meningkatkan pengendalian diri dan kesadaran finansial serta membantu Anda mencapai tujuan pengelolaan uang dan tabungan Anda.

Itulah beberapa teknik Jepang yang merupakan cara berpikir mereka untuk menjadi pekerja keras. Tetapi untuk menjadi rajin atau malas, semua itu kembali lagi kepada Anda. Bagaimana cara berpikir dapat mempengaruhi tindakan Anda untuk menjadi sebuah kebiasaan dalam menjalani hidup.

Semoga bermanfaat!

 

Baca juga: Tebak Musisi yang Bukan Gen Z, Jackson Wang: Afgan, Kamu Terlihat Seperti Gen Z. Tapi Kamu Bukan Gen Z!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top