JAKARTA, KORAN INDONESIA – Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease/CKD) kini menjadi masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya terus meningkat. Salah satu penyebab utamanya adalah pola makan modern yang tinggi lemak jenuh dan makanan ultra-processed (UPFs).
Gaya hidup serba cepat mendorong masyarakat mengonsumsi fast food, camilan kemasan, dan minuman manis yang secara diam-diam membebani metabolisme tubuh serta merusak organ vital seperti ginjal.
Lemak Jenuh dan Dampaknya pada Metabolisme
Lemak jenuh, yang padat pada suhu ruang, banyak ditemukan pada daging berlemak, produk susu penuh lemak, mentega, dan minyak kelapa.
Lemak ini memang berfungsi sebagai sumber energi dan membantu penyerapan vitamin larut lemak.
Namun, konsumsi berlebihan memicu dislipidemia, yaitu peningkatan kolesterol LDL dan penurunan HDL, yang mempercepat pembentukan plak pada pembuluh darah.
Kondisi tersebut meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, dan resistensi insulin — tiga faktor utama yang mempercepat kerusakan ginjal. Lemak jenuh juga memicu peradangan kronis, merusak pembuluh darah kecil (glomeruli) di ginjal, dan menyebabkan proteinuria, tanda awal CKD.
Ultra-Processed Foods dan Risiko CKD
UPFs adalah makanan dan minuman hasil industri dengan proses pengolahan tinggi, sering kali mengandung gula, garam, dan lemak jenuh dalam jumlah besar. Contohnya meliputi burger, sosis, mie instan, keripik kemasan, minuman bersoda, dan biskuit manis.
Tingginya kadar natrium dalam UPFs meningkatkan tekanan darah, sementara gula tambahan memicu resistensi insulin dan diabetes. Lemak jenuh di dalamnya memperburuk inflamasi pembuluh darah ginjal. Selain itu, UPFs cenderung rendah serat, vitamin, dan mineral, sehingga tubuh kekurangan antioksidan yang penting untuk melawan kerusakan oksidatif pada ginjal.
Hubungan Lemak Jenuh, UPFs, dan Penurunan Fungsi Ginjal
Kombinasi konsumsi tinggi lemak jenuh dan UPFs menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR), indikator utama fungsi ginjal. Asupan berlebih ini juga meningkatkan stres oksidatif dan memperburuk inflamasi, yang mempercepat progresi CKD.
Menurut The Times of India dan Republika Online, perubahan pola makan masyarakat, terutama di wilayah urban, menjadi faktor signifikan dalam tren meningkatnya penyakit metabolik dan CKD. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengurangan asupan lemak jenuh dan UPFs dapat memperlambat progresi CKD hingga 30% pada pasien tahap awal.
Langkah Pencegahan
Pencegahan CKD terkait diet dapat dilakukan dengan:
Mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh seperti minyak zaitun, kacang-kacangan, alpukat, dan ikan berlemak.
Membatasi konsumsi UPFs dan memilih makanan segar seperti buah, sayur, dan protein alami.
Membaca label nutrisi untuk memantau asupan gula, garam, dan lemak.
Memperbanyak serat untuk membantu mengontrol gula darah dan kolesterol.
Memenuhi kebutuhan cairan dengan minum air putih yang cukup.
Mengendalikan konsumsi lemak jenuh dan UPFs adalah langkah penting untuk melindungi kesehatan ginjal. Perubahan sederhana dalam pola makan tidak hanya menurunkan risiko CKD, tetapi juga mencegah penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes yang sering menyertainya. Dengan kesadaran gizi yang lebih baik, masyarakat dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal hingga usia lanjut.