KORAN INDONESIA – Hashim Djojohadikusumo, yang menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden untuk bidang Iklim dan Energi, menyatakan keyakinannya bahwa pengembangan proyek hilirisasi dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8 persen atau bahkan lebih. Target 8 persen itu bukan hal mustahil untuk dilampaui,” ujar Hashim dalam sebuah kegiatan di Jakarta, Rabu.
Ia menyebutkan bahwa berbagai inisiatif hilirisasi akan memberikan dorongan signifikan terhadap kemajuan ekonomi.
“Proyek ini mencakup aktivitas industri manufaktur serta peningkatan nilai tambah dari komoditas-komoditas yang dimiliki Indonesia,” tambahnya.
Hashim menjelaskan bahwa Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang bisa diolah melalui program hilirisasi, di antaranya nikel, tembaga, bauksit, dan batu bara. Khusus batu bara, dapat diproses menjadi gas sintetis (syngas) yang kemudian dikonversi menjadi gas alam cair (LNG).
Ia juga menyebut adanya peluang untuk memproduksi dimetil eter (DME) dari batu bara sebagai alternatif bahan bakar pengganti LPG.
“Semua ini merupakan langkah-langkah strategis dalam proses hilirisasi sumber daya Indonesia. Saya melihat Pak Rosan (Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani) serta pemerintah sangat bersemangat dalam mewujudkan hal tersebut,” kata Hashim.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Rosan menegaskan bahwa pemerintah menjadikan investasi pada energi bersih dan berkelanjutan sebagai salah satu agenda utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen pada tahun 2029.
Upaya tersebut sejalan dengan komitmen Indonesia dalam mencapai target emisi nol bersih (net zero emissions) pada tahun 2060, bahkan dengan wacana percepatan hingga 2050.
Saat ini, potensi energi terbarukan di Indonesia diperkirakan mencapai 3.700 gigawatt (GW). Namun, kapasitas terpasangnya masih sangat rendah, yakni hanya sekitar 14,4 GW atau kurang dari 1 persen.
Beberapa sektor yang memiliki prospek investasi tinggi dalam energi berkelanjutan meliputi tenaga surya, tenaga air (hidro), bioenergi, angin, serta panas bumi (geothermal). Rosan menekankan bahwa penggunaan energi hijau akan terus ditingkatkan demi mendukung pencapaian target netral karbon pada 2060.***
Foto: Freepik