KORANINDONESIA, Banjarmasin – Upaya percepatan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang inklusif kembali mendapatkan energi baru melalui pelaksanaan Pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Prasejahtera Inklusif 2025, sebuah program sinergi antara Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), BAKTI Komdigi, serta BBPPKS Kemensos Kalimantan Selatan.
Program ini menjadi bagian nyata implementasi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan peningkatan kualitas SDM secara merata, khususnya bagi penyandang disabilitas dan keluarga prasejahtera agar mampu bersaing di era ekonomi digital yang berkembang pesat.
Ketua Umum DNIKS, Dr. A. Effendy Choirie, menegaskan komitmen lembaganya dalam memperluas akses pelatihan digital bagi masyarakat rentan. Dalam sambutannya saat membuka kegiatan, ia menyatakan bahwa perkembangan teknologi tidak boleh menjadi ruang eksklusif.
“Pelatihan TIK ini merupakan wujud dukungan DNIKS terhadap pemerataan pendidikan dan pelatihan digital bagi semua warga negara. Kami ingin memastikan bahwa siapa pun, termasuk penyandang disabilitas dan masyarakat prasejahtera, memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati manfaat transformasi digital,” ujar Ketua Umum DNIKS yang akrab disapa Gus Choi.
Acara ini turut dihadiri sejumlah jajaran pimpinan dan tokoh yang memiliki perhatian besar terhadap literasi digital, antara lain Kepala BBPPKS Kemensos Kalimantan Selatan Yadi Muchtar, Direktur BAKTI Komdigi Wahyu Arvianto, Wakil Ketua LKKS Kalsel Hesly Junianto, Wasekjen DNIKS Sentot Janinto Modjo, serta tokoh pendidikan kerakyatan Rifky Hakim.
Dorong Partisipasi Aktif dan Produktivitas Digital
Gus Choi kembali menegaskan pentingnya praktik nyata setelah pelatihan selesai. Ia mengajak peserta untuk produktif menghasilkan konten digital yang dapat mendukung usaha mikro, membangun branding diri, atau membuka sumber pendapatan baru.
Konten digital yang bermanfaat dan menarik akan membawa dampak ekonomi. Monetisasi tidak terjadi dalam satu malam, tetapi konsistensi bisa menjadi pendapatan tambahan bagi keluarga,” jelasnya.
Ia juga meminta peserta aktif berinteraksi dengan para pelatih yang telah memiliki sertifikasi. “Para trainer yang hadir bukan hanya ahli, tetapi juga memiliki pengalaman panjang di dunia kreatif dan digital. Manfaatkan kehadiran mereka. Jangan ragu bertanya,” tegasnya.
BBPPKS Kalsel: Bukti Kolaborasi Nyata untuk Pemberdayaan Rentan
Sementara itu, Kepala BBPPKS Kemensos Kalimantan Selatan, Yadi Muchtar, memberikan apresiasi mendalam atas pelaksanaan pelatihan ini. Menurutnya, DNIKS dan BAKTI Komdigi telah menunjukkan langkah konkret dalam mendukung pemberdayaan masyarakat rentan.
“Sinergi ini adalah bukti bahwa pemberdayaan digital tidak bisa dilakukan sendiri. Butuh kolaborasi berbagai pihak untuk memastikan masyarakat prasejahtera dan penyandang disabilitas dapat menikmati akses teknologi secara setara,” ujarnya.
Yadi menekankan bahwa dunia digital menyajikan ruang yang sangat luas untuk kreativitas dan peningkatan ekonomi. “Pelatihan ini adalah awal. Masih banyak peluang besar menunggu di luar sana. Jangan ragu mencoba hal baru,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa saat ini semakin banyak penyandang disabilitas yang sukses menjadi kreator digital, penjual daring, hingga trainer mandiri. Hal yang sama juga terjadi pada keluarga prasejahtera yang mampu meningkatkan pendapatan berkat kemampuan membuat konten produk atau memahami algoritma media sosial.
“Teknologi bisa memberdayakan siapa saja, selama mereka mau belajar. Kami berharap dari pelatihan ini akan lahir individu yang percaya diri, mandiri, dan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga serta masyarakat,” pungkasnya.
Inklusi Digital Adalah Hak, Bukan Sekadar Program
Ketua Panitia Pelatihan TIK Inklusif 2025, RA Loretta Kartikasari menekankan bahwa era digital hanya akan mencapai makna sebenarnya apabila semua masyarakat, tanpa terkecuali, dapat mengakses dan memanfaatkannya. Ia menegaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya menyampaikan teori, melainkan membuka pintu perubahan sosial.
“Inklusi digital bukanlah opsi tambahan. Ia adalah hak setiap warga negara. Teknologi hari ini tidak boleh menjadi penghalang, tetapi harus menjadi jembatan untuk memperkuat kemandirian masyarakat,” ujar Loretta dengan tegas.
Ia melanjutkan bahwa kelompok disabilitas maupun prasejahtera sering kali tidak kurang kemampuan, melainkan kurang akses dan dukungan. “Mereka memiliki potensi besar. Yang dibutuhkan hanyalah ruang untuk belajar, kesempatan untuk mencoba, dan dukungan yang berkelanjutan,” tambahnya.
Salah satu tokoh perempuan DNIKS yang dikenal sebagai penggerak utama gerakan literasi digital inklusif ini juga mengajak peserta untuk mengubah paradigma bahwa dunia digital adalah dunia yang rumit atau hanya untuk kalangan tertentu.
“Teknologi itu bisa dipelajari sedikit demi sedikit. Yang penting bukan langsung mahir, melainkan berani memulai. Karena begitu kita mulai, dunia digital akan membuka peluang-peluang baru,” ujarnya.
Ia bahkan memberikan motivasi lebih personal kepada peserta pelatihan. “Jika Anda membuat satu konten hari ini, Anda membuka satu pintu. Jika Anda membuat sepuluh konten, Anda membuka sepuluh pintu. Teruslah mencoba, karena setiap upaya membawa Anda lebih dekat pada peluang yang mungkin tidak Anda duga sebelumnya.”
Ini Bukan Akhir, Ini Awal Perjalanan
Menutup rangkaian kegiatan, RA Loretta Kartikasari kembali memberikan pesan inspiratif kepada seluruh peserta. “Hari ini peserta bukan hanya belajar materi digital, tetapi sedang membangun masa depan. Apa yang Anda lakukan setelah pulang dari sini jauh lebih penting,” ujarnya.
Ia mengajak peserta untuk terus konsisten belajar meskipun tantangan mungkin muncul di tengah jalan. “Jangan takut gagal. Dunia digital memberi kesempatan berkali-kali. Yang penting adalah terus melangkah,” tambahnya.
Loretta menekankan bahwa DNIKS akan terus memperluas program inklusi digital agar semakin banyak masyarakat rentan mendapatkan akses yang sama. “Kita ingin memastikan bahwa transformasi digital berjalan sejajar dengan transformasi sosial. Kita tidak boleh meninggalkan siapa pun,” tutupnya.
Pelatihan TIK Prasejahtera Inklusif 2025 menjadi tonggak penting dalam perjalanan pemberdayaan digital nasional. Program ini bukan hanya meningkatkan literasi TIK, tetapi juga membuka pintu ekonomi baru, menumbuhkan percaya diri, dan menguatkan kemandirian masyarakat rentan di era digital.***



