KORAN INDONESIA – Attachment style atau gaya keterikatan merupakan frasa yang cukup populer di sosial media karena istilah ini adalah sebutan untuk pola hubungan emosional yang terbentuk sejak kecil, kemudian memengaruhi cara seseorang dalam berhubungan sosial di masa dewasa.
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh John Bowlby dan dipopulerkan oleh Mary Ainsworth.
Kontributor yang membentuk attachment style adalah figur pengasuh (biasanya orang tua), yang membentuk dasar dari cara kita mempercayai, merespons, serta terhubung dengan orang lain.
Lalu, apa saja tipe-tipe attachment style tersebut?
1. Secure Attachment (Keterikatan Aman)
Ciri-ciri:
– Nyaman dengan kedekatan maupun kemandirian.
– Mampu mengelola emosi dan komunikasi dalam hubungan.
– Percaya bahwa pasangan akan hadir saat dibutuhkan.
– Tidak takut akan penolakan atau kehilangan.
Biasanya, seseorang yang memiliki tipe secure attachment memang tumbuh dalam lingkungan yang konsisten, penuh kasih sayang dan memenuhi kebutuhan emosional.
Anak-anak dengan pengasuh yang sensitif dan suportif biasanya berkembang menjadi individu dengan secure attachment.
Sehingga, Individu dengan attachment ini cenderung memiliki hubungan yang stabil, saling percaya, dan suportif.
2. Anxious Attachment (Keterikatan Cemas)
Ciri-ciri:
– Sangat membutuhkan kedekatan dan validasi.
– Takut ditinggalkan atau tidak dicintai.
– Sering merasa tidak cukup dalam hubungan.
– Cenderung overthinking dan mencari kepastian berulang kali.
Seseorang yang berkembang di lingkungan yang mana pengasuh tidak konsisten—kadang hadir, kadang tidak bisa membuat anak menganggap bahwa perhatian tidak selalu bisa diandalkan.
Dalam bersosial, individu dengan tipe attachment ini cenderung menjadi clingy (tidak bisa jauh-jauh), posesif, dan sangat peka terhadap tanda-tanda penolakan, bahkan yang kecil sekalipun.
3. Avoidant Attachment (Keterikatan Menghindar)
Ciri-ciri:
– Menghindari kedekatan dan terlalu mengandalkan diri sendiri.
– Sulit mengekspresikan emosi.
– Tidak nyaman berbagi perasaan atau ketergantungan dengan orang lain.
– Menarik diri saat hubungan terasa terlalu dekat.
Sering kali muncul dari pola pengasuhan yang dingin, tidak responsif, atau mendorong kemandirian secara berlebihan sejak dini.
Dalam bersosial, cenderung menjaga jarak emosional, sulit berkomitmen dan mudah merasa terkekang oleh hubungan yang terlalu intens.
4. Disorganized Attachment (Keterikatan Tak Terorganisir)
Ciri-ciri:
– Perpaduan antara anxious dan avoidant.
– Menginginkan kedekatan tetapi takut terluka secara emosional.
– Perilaku dalam hubungan sering tidak konsisten dan membingungkan.
– Bisa menunjukkan perilaku ekstrem: sangat lekat lalu tiba-tiba menjauh.
Biasanya berasal dari pengalaman trauma, kekerasan, atau pengasuh yang menjadi sumber ketakutan (misalnya: penyimpangan atau pengabaian).
Dalam bersosial, bisa sering diwarnai dengan konflik, drama dan ketidakstabilan emosional.
Booth MUAQ di The BFF Festival 2025 Jadi Magnet Beauty Enthusiast



