Pertamina Luncurkan Penerbangan Perdana dengan SAF

Bagikan

JAKARTA, KORAN INDONESIA – Pertamina (Persero) mencatat sejarah penerbangan Indonesia dengan menerbangkan pesawat perdana menggunakan Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan minyak jelantah. Uji terbang dilakukan maskapai Pelita Air pada rute Jakarta–Bali dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

Langkah ini menjadi bagian dari uji coba sekaligus peluncuran ekosistem bahan bakar ramah lingkungan di sektor penerbangan nasional. Pemerintah pun memberi dukungan penuh terhadap inovasi Pertamina tersebut.

Wakil Menteri Luar Negeri, Arif Havas Oegroseno, mengapresiasi inisiatif ini. Menurutnya, Indonesia punya peluang besar untuk jadi pemimpin global dalam pengembangan SAF.

“Indonesia punya potensi untuk menjadi leadership dalam menggerakkan SAF. Ke depan kita sebagai penghasil SAF harus mampu menjadi hub dalam konteks marketing dan hub policy-nya. Dan ekspansi market ini tidak hanya di Pelita tapi juga domestik dan internasional,” ujar Arif dilansir CNBC, Jakarta, 23/8/2025.

Arif menyebut penerbangan ini terasa spesial karena bahan bakar yang digunakan berasal dari minyak jelantah. 

Selain ramah lingkungan, program ini juga mendorong ekonomi sirkular serta mendukung transisi menuju energi bersih.

Hal senada disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kemenko Infrastruktur, Odo R.M. Manuhutu. 

Ia menilai Indonesia punya keunggulan dengan ketersediaan bahan baku minyak jelantah yang melimpah.

“Penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku SAF pada penerbangan uji coba ini tidak hanya menunjukkan komitmen transisi energi dan keberlanjutan tetapi juga circular economy, di mana limbah dari kegiatan masyarakat dapat memberikan nilai tambah,” jelas Odo.

Menurutnya, sebagai negara kepulauan, penerbangan adalah urat nadi perekonomian nasional. 

Pemerintah juga sudah meluncurkan peta jalan pengembangan industri bahan bakar berkelanjutan sebagai panduan menuju kedaulatan energi dan dekarbonisasi sektor aviasi.

Sementara itu, Sekjen Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap percepatan transisi energi.

“Dengan adanya SAF bukan hanya menjadi ketahanan energi tapi juga swasembada energi, jadi kemandiriannya juga semakin kuat. Kalau kita mengembangkan SAF, produk bioavtur ini sudah naik kelas, serta certified secara aspek keberlanjutannya,” ujar Dadan.

SAF Pertamina dikembangkan lewat kerja sama berbagai anak usaha, yaitu PT Kilang Pertamina Internasional, PT Pertamina Patra Niaga, dan PT Pelita Air Service. 

Produksi dilakukan di Green Refinery Cilacap dengan teknologi co-processing, menggabungkan minyak jelantah dengan bahan bakar fosil untuk menghasilkan bioavtur.

Produk ini sudah lolos uji nasional maupun internasional, bahkan telah mengantongi sertifikasi Proof of Sustainability (POS) dan ISCC CORSIA, yang menjamin rantai pasok serta keberlanjutan produk.

SAF dari minyak jelantah mampu menekan emisi karbon hingga 84% dibanding avtur konvensional. Langkah ini juga sejalan dengan target Indonesia menuju Net Zero Emission 2060.

Tak hanya berhenti di uji coba, Pertamina juga mengembangkan ekosistem pengumpulan bahan baku lewat program UCollect. 

Program ini melibatkan sektor hotel, restoran, katering, hingga rumah tangga untuk mengumpulkan minyak jelantah. 

Dengan begitu, masyarakat dan UMKM bisa ikut serta memperkuat ekonomi sirkular sekaligus memastikan ketersediaan bahan baku SAF secara berkelanjutan.

Dengan pencapaian ini, Pertamina menargetkan bukan hanya menjadi penyedia utama bahan bakar ramah lingkungan di Indonesia, tetapi juga pemain besar di kawasan Asia Tenggara.

 

Baca juga: Deretan Raksasa Otomotif Dunia Bangun Pabrik di Indonesia, dari BYD hingga Mazda

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top