Perrie Edwards Buka Suara soal Kehilangan Bayi di Usia 24 Minggu: “Hari Terburuk dalam Hidup Saya”

Bagikan

KORAN INDONESIA – Penyanyi asal Inggris yang juga anggota Little Mix, Perrie Edwards, untuk pertama kalinya berbagi cerita menyentuh tentang pengalaman kehilangan bayinya saat usia kandungan memasuki 24 minggu.

Dalam wawancara bersama podcast We Need To Talk yang dipandu Paul C Brunson, Perrie, yang kini berusia 32 tahun, menceritakan bagaimana kejadian itu menjadi salah satu titik terberat dalam hidupnya.

Perrie mengungkapkan bahwa dirinya kembali hamil kurang dari setahun setelah melahirkan putra pertamanya, Axel, pada Agustus 2021. Namun, saat kehamilannya melewati usia lima bulan, pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan bahwa jantung bayinya sudah tidak berdetak lagi.

“Itu hari terburuk dalam hidup saya,” ujar Perrie, sambil menahan tangis.

“Saya ingat saat saya menangis tersedu-sedu. Saya tidak bisa melihat dengan jelas. Saya benar-benar hancur. Kami kehilangan bayi itu di usia sekitar 24 minggu,” tambahnya.

Ia menggambarkan momen saat menjalani pemeriksaan sebagai “pengalaman di luar tubuh” dan sulit menerima kenyataan yang disampaikan oleh dokter. Ia baru benar-benar tersadar setelah tunangannya, mantan pemain Liverpool Alex Oxlade-Chamberlain, menyentuhnya.

Meskipun traumatis, Perrie merasakan kenyamanan setelah mendengar pernyataan dari sesama musisi Myleene Klass, yang juga pernah mengalami keguguran dan kini aktif mengampanyekan kesadaran akan isu tersebut. Ia pernah menyampaikan, meskipun seseorang mengalami keguguran bayinya akan tetap bersama mereka dan akan selalu menjadi bagian dari orang tersebut.

“Saya langsung berpikir, ‘Wah, itu luar biasa’,” ujar Perrie.

” Jika saya cukup diberkati untuk memiliki anak lagi di masa depan, rasanya seolah mereka tetap menjadi bagian dari hal itu, dengan cara tertentu,” lanjutnya.

Perrie juga mengungkapkan bahwa Axel, yang pekan ini genap berusia empat tahun, adalah seorang “rainbow baby” (istilah untuk bayi yang lahir setelah sang ibu mengalami kehilangan anak sebelumnya).

“Saya pernah mengalami keguguran sangat awal di kehamilan pertama saya. Saat tahu saya hamil, tidak lama kemudian saya mengalami pendarahan. Saya pergi ke rumah sakit, lalu saat di-scan, mereka bilang, ‘Tidak ada bayi.’ Saya sempat berpikir, ‘Oh, mungkin saya salah lihat. Mungkin hasil test pack-nya salah,’” tambahnya.

Ia baru benar-benar memahami kejadian itu setelah konsultasi lanjutan dengan ginekolog yang mengatakan bahwa dirinya memang mengalami keguguran.

Namun, Perrie menjelaskan bahwa keguguran pertama tidak berdampak sebesar keguguran yang kedua.

“Mungkin karena saat itu masih sangat awal, saya hanya merasa, ‘Oh, sedih juga.’ Tapi saat kamu benar-benar hamil, sudah 24 minggu, sudah mulai menyiapkan kamar, dan semuanya sudah direncanakan, rasanya sangat berat,” ungkapnya.

“Saya tidak pernah membicarakannya sebelumnya, karena saya benar-benar hancur dan tidak ada yang tahu kecuali teman dan keluarga terdekat,” lanjutnya.

Cerita Perrie ini, meskipun menyedihkan, bukanlah hal yang langka. Di Inggris, satu dari lima kehamilan berakhir dengan keguguran. Sekitar 2.000 penghentian kehamilan juga terjadi setiap tahun setelah hasil skrining prenatal menunjukkan adanya komplikasi serius.

Sebuah laporan pada 2017 tentang layanan pascakeguguran menyebutkan bahwa meskipun kualitas perawatan sudah meningkat di banyak rumah sakit, standar layanan masih belum merata, membuat banyak perempuan merasa kurang mendapatkan dukungan di masa-masa paling rentan mereka.

Tahun lalu, Departemen Kesehatan Inggris mengumumkan serangkaian kebijakan baru untuk meningkatkan kesehatan perempuan, termasuk uji coba layanan medis yang diberikan kepada setiap perempuan yang mengalami keguguran.

Perrie dikenal sebagai anggota Little Mix sejak girlband ini dibentuk dalam musim kedelapan The X Factor. Bersama rekan-rekannya, Leigh-Anne Pinnock, Jade Thirlwall, dan Jesy Nelson, mereka berhasil menjual lebih dari 75 juta rekaman secara global.

Selama 11 tahun berkarya, Little Mix menjadi salah satu girlband tersukses sepanjang masa, hanya pernah dikalahkan oleh Spice Girls dan The Supremes. Pada 2021, mereka juga mencatat sejarah sebagai girlband pertama yang memenangkan kategori Best British Group di ajang Brit Awards. Tak lama setelah itu, grup ini memutuskan untuk rehat dan fokus pada proyek solo masing-masing.***

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top