KORANINDONESIA, Cikarang – Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) bekerja sama dengan BAKTI Komdigi menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan literasi digital yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat. Melalui Pelatihan TIK Kreator Digital dan TIK Kewirausahaan Digital, kedua lembaga ini berupaya membuka akses keterampilan digital dan pemberdayaan yang lebih luas bagi masyarakat prasejahtera dan disabilitas.
Program yang berlangsung selama dua hari, 19–20 November 2025, di Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Komdigi Cikarang ini menghadirkan 200 orang prasejahtera inklusif. Mereka terdiri dari pelaku usaha mikro, masyarakat prasejahtera, serta peserta dari kalangan inklusi atau disabilitas seperti difabel daksa, tuli, netra dan grahita yang ingin memperluas peluang usaha melalui platform digital.
Kegiatan dibuka dengan kehadiran jajaran pimpinan DNIKS dan BAKTI Komdigi, di antaranya Suharyoto selaku Kepala Divisi Layanan TI Pemerintah; Dr. H. Sudarto, S.Pd.I., MM selaku Sekretaris Jenderal DNIKS; Rudi Andries, MBA selaku Wakil Ketua Umum DNIKS. Para trainer dan fasilitator juga turut hadir untuk mendampingi peserta selama proses pembelajaran berlangsung.
Dalam sambutannya, DR. H. A. Effendy Choirie, M.Ag., M.H., Ketua Umum DNIKS, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya memastikan bahwa transformasi digital tidak menjadi ruang yang eksklusif. Effendy menegaskan bahwa masyarakat prasejahtera dan inklusi atau disabilitas harus diberi ruang yang sama dalam memanfaatkan teknologi.
Ia menggambarkan bagaimana dunia digital saat ini telah menjadi simpul utama perekonomian, pendidikan, dan layanan sosial. “Literasi digital kini bukan lagi pelengkap, tetapi kebutuhan dasar. DNIKS ingin memastikan bahwa mereka yang memiliki akses terbatas pun dapat ikut melangkah, tumbuh, dan berdaya dalam ekosistem ekonomi baru,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen DNIKS dalam memperjuangkan keadilan sosial di era digital, di mana tidak boleh ada satu pun kelompok masyarakat yang ditinggalkan hanya karena keterbatasan akses atau kemampuan.
Sejalan dengan hal tersebut, Dr. Yulis Widyo M., ST., MT., Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat dan Pemerintah (LTI-MP) BAKTI Komdigi, memberikan gambaran lebih luas tentang peran pemerintah dalam memastikan pemerataan akses digital. BAKTI Komdigi terus berupaya menghadirkan infrastruktur telekomunikasi hingga ke pelosok negeri sehingga masyarakat luas dapat memanfaatkannya, termasuk kalangan prasejahtera dan disabilitas.
Digitalisasi akan memberi dampak ketika masyarakat mampu menggunakan teknologi untuk mengubah hidupnya. Pelatihan seperti ini adalah jembatan penting agar peserta dari kalangan prasejahtera dan disabilitas dapat memanfaatkan perangkat sederhana, bahkan hanya ponsel, untuk meningkatkan pendapatan dan memperluas pasar.
Pelatihan ini, menurutnya, adalah langkah kecil menuju perubahan besar yang lebih inklusif. Yulis berharap peserta tidak hanya memahami teknik dasar, tetapi juga memiliki kepercayaan diri untuk memulai langkah-langkah baru dalam usahanya melalui strategi digital yang terarah.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Pelaksana, RA Loretta Kartikasari, SE., MM., M.IKom, PhD.C, memaparkan laporan pelaksanaan kegiatan. Loretta, yang akrab disapa Dlo, merupakan penyandang disleksia dan ADHD serta aktif dalam gerakan pendidikan dan komunitas sahabat inklusi.
Dengan pengalamannya, ia memahami betul bagaimana akses pendidikan dan teknologi dapat mengubah nasib seseorang. Ia menekankan bahwa pelatihan ini bukan hanya sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga ruang untuk membangun keberanian dan keyakinan bagi peserta disabilitas dan prasejahtera untuk melangkah ke dunia digital. “Setiap orang punya hak untuk belajar dan berkembang. Kita hanya perlu membuka pintu dan memberi kesempatan,” katanya.
Selama dua hari pelatihan, peserta mengikuti rangkaian materi yang dirancang praktis dan aplikatif. Pada modul “Jualan Laris Lewat Video HP”, peserta belajar tentang pola pikir digital, strategi video pendek, dan cara memaksimalkan ponsel sederhana untuk membuat konten pemasaran. Materi dilanjutkan dengan praktik editing menggunakan CapCut, mulai dari memotong klip, menambahkan teks, hingga menyisipkan musik.
Modul berikutnya “Optimasi Konten Video dengan AI Sederhana” memperkenalkan peserta pada penggunaan Gemini AI untuk membuat caption menarik, menyusun skrip promosi, hingga memahami teknik Call to Action (CTA). Peserta juga mempelajari strategi mengunggah konten yang efisien dan menyusun kalender publikasi untuk menjaga konsistensi pemasaran digital mereka.
Antusiasme peserta sepanjang kegiatan menunjukkan bahwa pelatihan ini menjadi peluang nyata bagi mereka untuk membuka jalan baru dalam usaha dan kehidupan. Dengan dukungan penuh dari DNIKS dan BAKTI Komdigi, Pelatihan TIK Kewirausahaan Inklusif 2025 tidak hanya memberikan keterampilan baru, tetapi juga menumbuhkan harapan dan kepercayaan diri. Program ini menjadi bukti bahwa ketika lembaga saling berkolaborasi, dampak positifnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat yang membutuhkan.
DNIKS dan BAKTI Komdigi berkomitmen untuk memperluas inisiatif ini ke wilayah lain, sehingga lebih banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan peluang ekonomi digital secara inklusif. Pelatihan ini adalah langkah kecil menuju perubahan besar—menuju Indonesia yang lebih berdaya, mandiri, dan setara. ***



