KORAN INDONESIA – Ketegangan Thailand-Kamboja meledak di perbatasan hingga menyebabkan belasan warga tewas.
Pada Kamis (24/7/2025) pagi, konflik lama antara Thailand dan Kamboja kembali memanas dan berujung bentrokan mematikan di wilayah perbatasan kedua negara.
Pihak militer Thailand mencatat, 13 warga sipil, termasuk anak-anak, dan 6 tentara tewas. Selain itu, 29 tentara dan 30 warga sipil Thailand terluka.
Sementara dari pihak juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja Maly Socheata menyebutkan, setidaknya terdapat 7 warga sipil dan 5 tentara tewas, bahkan sekitar 50 warga sipil dan lebih dari 20 tentara Kamboja juga mengalami luka-luka.
Kedua negara saling menyalahkan atas insiden ini. Ketegangan disebut bermula saat terdengar tembakan dari arah perbatasan.
Thailand menuduh Kamboja menembakkan roket, sedangkan Thailand sendiri melakukan serangan udara ke target militer Kamboja.
Latar Belakang Konflik
Perselisihan antara Thailand dan Kamboja sebenarnya bukan hal baru. Akar masalah ini sudah ada sejak lebih dari 100 tahun lalu, saat penetapan wilayah perbatasan usai pendudukan Prancis di Kamboja.
Situasi semakin panas pada 2008, ketika Kamboja berusaha mendaftarkan sebuah candi kuno abad ke-11 yang terletak di wilayah sengketa sebagai situs warisan dunia UNESCO. Langkah tersebut memicu protes keras dari Thailand.
Sejak itu, bentrokan antar kedua negara sering terjadi, menewaskan prajurit maupun warga sipil dari kedua belah pihak.
Ketegangan terbaru mencuat pada Mei 2025 lalu, setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan. Hubungan diplomatik antara kedua negara pun berada di titik terendah dalam lebih dari 10 tahun terakhir.
Dalam dua bulan terakhir, kedua negara mulai saling memberlakukan pembatasan perbatasan. Kamboja melarang impor buah, sayuran, serta menghentikan pasokan listrik dan layanan internet dari Thailand. Keduanya juga memperkuat kehadiran militer di wilayah perbatasan.
Apa yang terjadi pada hari Kamis?
Baik Thailand maupun Kamboja menjelaskan versi mereka:
Dewan Keamanan Nasional (NSC) Thailand menyampaikan bahwa sekitar pukul 07.30 waktu setempat, militer Kamboja menerbangkan drone untuk memantau aktivitas pasukan Thailand di dekat perbatasan.
“Tentara Thailand sempat mencoba bernegosiasi dengan berteriak, namun tidak berhasil. Sekitar pukul 08.20, tembakan dilepaskan dari pihak Kamboja, sehingga pasukan Thailand membalas,” menurut juru bicara NSC Thailand.
Thailand menuduh Kamboja menggunakan senjata berat, termasuk peluncuran roket BM-21 dan artileri, yang menyebabkan kerusakan pada rumah warga, fasilitas umum, rumah sakit, dan SPBU di sisi perbatasan Thailand.
Sementara itu, pihak Kamboja menyatakan bahwa konflik dimulai pukul 06.30 pagi, saat tentara Thailand diduga melanggar kesepakatan sebelumnya dengan mendekati sebuah candi Khmer-Hindu dan memasang kawat berduri di sekitarnya.
“Tentara Thailand mengerahkan drone sesaat setelah pukul 07.00, dan melepaskan tembakan ke udara sekitar pukul 08.30. Pada pukul 08.46, tentara Thailand lebih dulu melepaskan tembakan ke arah pasukan Kamboja, sehingga mereka tidak memiliki pilihan selain menggunakan hak untuk membela diri.,” jelas juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja Maly Socheata.
Socheata juga menuding Thailand telah mengerahkan pasukan secara berlebihan, menggunakan senjata berat, dan melakukan serangan udara ke wilayah Kamboja.
Akankah situasi ini akan berujung pada perang besar?
Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menyebut bahwa ketegangan ini merupakan persoalan yang “sensitif” dan harus diselesaikan secara hati-hati serta berdasarkan hukum internasional.
Sementara itu, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menegaskan bahwa negaranya ingin menyelesaikan masalah ini secara damai, namun tidak punya pilihan selain membalas dengan kekuatan bersenjata terhadap agresi bersenjata.