KORAN INDONESIA – Setiap purnama di bulan Waisak, umat Buddha di seluruh dunia merayakan Hari Raya Trisuci Waisak. Tahun ini, Waisak 2569 BE jatuh pada Senin, 12 Mei 2025.
Tema perayaan tahun ini adalah “”Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia.” Pesan ini mengajak semua umat manusia untuk merefleksikan diri dan menyebarkan cinta kasih demi terciptanya kedamaian sejati.
Mengenang 3 Peristiwa Suci dan Meneladani Ajaran Buddha Gautama
Mengutip situs resmi Kementerian Agama RI, nama ‘Waisak’ sendiri berasal dari kata Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali), yang merupakan nama bulan dalam kalender Buddhis. Di kalender Masehi, Waisak biasanya jatuh pada akhir April hingga awal Juni.
Waisak disebut Hari Raya Trisuci karena memperingati tiga momen penting dalam kehidupan Buddha Gautama. Ketiganya ialah kelahiran Siddharta di Taman Lumbini, pencapaian Penerangan Sempurna, dan wafatnya di Kusinara.
Menjelang Waisak, umat Buddha melakukan berbagai kegiatan, seperti membersihkan vihara, ziarah ke makam leluhur, hingga bersih-bersih makam pahlawan. Lomba dan pentas kesenian juga ikut memeriahkan suasana.
Puncak perayaan terjadi saat puja Waisak, pada detik-detik bulan purnama. Saat itu lah umat memanjatkan doa dengan hati yang damai.
Salah satu peristiwa utama yang diperingati adalah pencapaian Penerangan Sempurna oleh Buddha. Peristiwa ini menjadi inspirasi bagi umat untuk selalu berbuat baik dan tidak menyerah.
Merayakan Waisak bukan sekadar ritual. Tapi juga momen untuk meneladani semangat, tekad, dan kebijaksanaan Buddha dalam menjalani hidup.
Semangat itu sudah terlihat sejak kehidupan Buddha sebagai Petapa Sumedha pada masa Buddha Dipankara. Ia sudah bertekad kuat untuk menjadi Buddha di masa depan.
Setelah lahir kembali sebagai Siddharta Gautama, ia akhirnya mencapai Penerangan Sempurna dan mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma. Ia juga membentuk Sangha sebagai komunitas pengikut jalan kebenaran.
Menjelang wafat, Buddha berpesan, “Segala sesuatu tidak kekal adanya, berjuang lah dengan kewaspadaan (Maha Parinibbana Sutta).”
Kisah hidup Buddha mengajarkan, pencapaian membutuhkan perjuangan dan kesabaran. Maka Waisak jadi saat yang tepat untuk merenungkan nilai-nilai itu.
Menghormati Buddha bukan hanya lewat sesajen dan doa, tapi dengan benar-benar menjalankan dhamma. Dhamma bisa dihidupkan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bahkan berbangsa dan bernegara.
Dengan meneladani sifat luhur Buddha, perayaan Waisak jadi lebih dari sekadar seremoni. Ia menjadi jalan menuju kedamaian, baik untuk diri sendiri maupun dunia.***
Baca juga: 20 Ucapan Hari Raya Waisak 2025: Penuh Makna dan Cinta Kasih