Mengapa Anak Kurang Bisa Menghadapi Tekanan?

Bagikan

BANDUNG, KORAN INDONESIA – Anak adalah individu yang masih berada dalam proses bertumbuh dan berkembang, baik secara fisik, kognitif, emosional, maupun sosial.

Karena itu, kemampuan mereka dalam menghadapi tekanan atau stres masih sangat terbatas.

Tekanan bisa datang dari berbagai sumber, seperti tuntutan akademik, harapan orang tua, pergaulan, konflik keluarga, atau perubahan lingkungan.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kurang mampunya anak dalam menghadapi tekanan.

1. Emosi yang Belum Matang

Ketika dihadapkan pada situasi-situasi sulit, anak sering kali menunjukkan reaksi emosional yang kuat, seperti menangis, marah, diam, atau bahkan menarik diri.

Hal ini disebabkan oleh kematangan emosi yang belum berkembang sepenuhnya.

Anak-anak belum mampu memahami dan mengelola emosi mereka dengan baik. Mereka juga belum menguasai strategi atau cara berpikir yang dapat membantu mereka menyelesaikan masalah dengan tenang.

Misalnya, ketika gagal dalam ujian, seorang anak bisa merasa sangat kecewa, seolah-olah itu adalah akhir dari segalanya karena ia belum mampu melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar.

2. Masih Bergantung pada Lingkungan

Anak-anak masih sangat bergantung pada lingkungan sekitarnya, terutama orang tua dan guru untuk memberikan rasa aman.

Bila lingkungan tersebut justru menambah tekanan, misalnya dengan memberikan tuntutan yang terlalu tinggi, membandingkan anak dengan orang lain, atau kurang memberi dukungan secara emosional, anak akan lebih mudah kewalahan sehingga cara yang digunakan untuk menghadapi tekanan-tekanan tersebut bisa keliru.

3. Kurangnya Pengalaman Hidup

Anak belum memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi situasi sulit, sehingga mereka tidak memiliki pembanding atau gambaran bahwa masalah yang mereka hadapi bisa diselesaikan atau akan berlalu.

Hal-hal yang tampak kecil bagi orang dewasa, seperti tidak diajak bermain oleh teman, bisa menjadi masalah besar bagi anak karena mereka belum tahu cara menghadapinya.

Lingkungan sosial yang penuh tekanan, seperti bullying atau persaingan yang ketat di sekolah, juga dapat membuat anak merasa tersudutkan.

Sehingga, ketika mereka merasa tidak diterima atau merasa gagal memenuhi standar yang ditetapkan oleh orang lain, anak sangat membutuhkan pendampingan dan pemahaman dari orang dewasa untuk mengelola tekanan tersebut.

Mengenal Hurler Syndrome, Penyakit Genetik yang Memengaruhi Anak Sejak Dini

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top