KORAN INDONESIA – PPK Ormawa BEM Fakultas Peternakan IPB University kolaborasi bersama Pemerintah desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, melakukan kegiatan penanaman kacang koro di lahan pertanian tidak jauh dari kantor desa Purwasari.
Potensi lahan pertanian di desa Purwasari masih cukup luas, masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan produktivitas pertaniannya. Melalui inovasi mahasiswa IPB Bogor yang tergabung pada PPK Ormawa, dikembangkan budidaya tanaman kacang koro.
Kacang koro suatu jenis polong – polongan yang ditanam sebagai bahan pangan. Biji tumbuhan ini cukup banyak mengandung protein, namun demikian jumlahnya belum sebanyak kacang kedelai. Oleh karena itu PPK Ormawa tengah mengembangkan tanaman ini di desa Purwasari untuk menjadi komoditas hasil pertanian yang dapat meningkatkan perekonomian desa.
Tim PPK Ormawa BEM Fakultas Peternakan IPB University, Tiara Fathia menuturkan bahwa pihaknya sedang melaksanakan kegiatan penanaman kacang koro bekerjasama dengan Pemerintah desa Purwasari di lahan pertanian budidaya yang direkomendasikan kepala desa Purwasari, Yusuf Mustopa.
Program ini lanjut Tiara merupakan program yang dilaksanakan Kemendikti saintek dan ia mengaku bersama tim PPK Ormawa lainnya dibiayai oleh Kemendikti saintek yakni untuk penanaman kacang koro.
“Sebetulnya program besar kami untuk memajukan sektor peternakan desa Purwasari, namun demikian salah satu komponen yang kita lakukan adalah menanam kacang koro ada keterkaitannya yakni untuk pakan ternak,”ujar Tiara kepada koranindonesia.net Selasa, 12 Agustus 2025.
Ketika disinggung kenapa dipilih kacang koro ? Tiara menyebut kacang koro menjadi alternatif dari kedelai, seperti diketahui kedelai di Indonesia masih banyak impor, jika dikembangkan dengan serius kacang koro bisa menjadi alternatif atau pengganti dari kedelai.
“Kacang koro bisa dijadikan alternatif pengganti kedelai untuk dijadikan bahan dasar pembuatan tempe dan kecap, kulit dan daunnya bisa dijadikan alternatif bahan dasar pakan ternak,”kata Tiara.
Dan perlu diketahui kacang koro ini dari mulai tanam hingga masa panen itu butuh waktu sekitar 4 bulan, dan saat pemanenan itu tidak bisa sekaligus, tetapi dipilih yang sudah cukup umur atau sudah masuk dalam kategori matang.
Selanjutnya Tiara menjelaskan bahwa pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan Pemerintah desa Purwasari itu sejak Januari 2025, kurang lebih selama 6 bulan melakukan persiapan dan survei – survei lokasi dan mulai running di bulan Juli dan Agustus ini.
“Tiara juga mengaku sudah ada beberapa program yang sudah kita lakukan, terutama dibidang peternakannya, para peternak disini dalam memelihara peternakannya masih konfensional, belum terpapar technology, dan kami disini mengedukasi para peternak pakan yang baik itu bagaimana, cara mengolah pakan itu seperti apa, agar menghasilkan produksi hasil peternakan itu jauh lebih baik,”jelasnya.
Kemudian menurut Tiara di peternakan itu sekitar 70 persen masalahnya itu ada dipakan, menurut pengamatannya para peternak di sini memberikan pakan kepada ternak mereka itu murni hijau – hijaun dari daun, langsung diberikan pada ternak.
“Kami mencoba mengedukasi para peternak, sebelum pakan itu diberikan pada ternak, masuk dulu pada sistem SILASE untuk mengawetkan pakan, jadi peternak itu tidak harus setiap hari ngarit mencari rumput,”ucapnya.
Sementara itu Kepala desa Purwasari, Yusuf Mustopa menyambut baik kehadiran teman – teman mahasiswa IPB yang tergabung dalam PPK Ormawa BEM Fakultas Peternakan, yang telah membantu mengedukasi para petani terkait mengolah pakan ternak, untuk meningkatkan produk peternakan di desa Purwasari.
Selain itu, kata Kades Yusuf teman teman mahasiswa juga tengah mencoba melakukan penanaman kacang koro sebagai alternatif kedelai untuk bahan dasar pembuatan tempe dan kecap.
“Menurut kajian mereka kacang koro itu bisa menjadi bahan dasar pembuatan tempe dan kecap, lalu kulit dan daunya bisa dijadikan pakan ternak,”ujarnya.
Tentunya Pemerintah desa Purwasari menyambut baik kehadiran teman teman mahasiawa, semoga bisa mengedukasi masyarakat terutama para petani, sehingga bisa meningkatkan produktivitas hasil pertanian desa Purwasari.
“Jika percontohan tanaman kacang koro ini berhasil, maka itu bisa dikembangkan menjadi sebuah komoditas pertanian, karena seperti diketahui lahan pertanian didesa Purwasari itu yang masih bisa ditanami sekitar 160 hektar, namun itu bisa dilakukan secara bertahap,”tegasnya.
Pihaknya berharap apa yang dilakukan para mahasiswa ini merupakan inovasi baru, dan semoga ini bisa berhasil, dan kalau ini bagus, maka pemerintah desa Purwasari akan mendorong para petani untuk membudidayakan kacang koro.
“Ini inovasi baru, produk baru, apabila hasilnya nanti bagus para petani di sini dihimbau untuk mengembangkan budidaya kacang koro, yang nantinya bisa dibuat untuk bahan dasar tempe dan kecap, tentunya ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di desa Purwasari,”pungkasnya.***



