ISTANBUL, KORANINDONESIA.NET – Rusia dan Ukraina sepakat saling bertukar tahanan perang 1.000 untuk 1.000. Kesepakatan itu dicapai setelah delegasi dari kedua negara bertemu dalam perundingan perdamaian babak kedua di Kota Istanbul, Turki, Senin (2 Juni 2025).
Rusia dan Ukraina mengungkapkan akan membebaskan tahanan perang berusia 18-25 tahun dan tentara yang mengalami luka serius. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga mengatakan kedua pihak masing-masing akan memulangkan sekitar 1.000 tahanan perang.
“Tahanan perang itu meliputi tentara, politisi, dan jurnalis. Rusia juga berjanji akan memulangkan sekitar 6.000 jenazah tentara Ukraina yang gugur di medan perang dan melakukan gencatan senjata selama dua sampai tiga hari di area tertentu,” kata Zelenskyy, mengutip Kyivindependent.com.
Namun, Zelenskyy melanjutkan, pihaknya akan mengidentifikasi lebih lanjut sekitar 6.000 jenazah itu. Sebab, sejauh ini, baru sekitar 15% dari 6.000 jenazah yang diketahui nama dan kebangsaannya. Dia cemas, jika tidak diidentifikasi dan terjadi kesalahan, hal itu akan menuai sengketa baru.
Senada dengan Zelenskyy, Vladimir Medinsky, kepala delegasi Rusia juga mengatakan Moskow dan Kiev siap saling bertukar sedikitnya 1.000 tahanan perang berusia di bawah 25 tahun dalam waktu dekat. Rusia juga berjanji akan memulangkan sekitar 6.000 jenazah tentara Ukraina.
“Pemulangan jenazah ini direncanakan dilakukan pekan depan,” ujar Medinsky, dilansir rt.com. “Kami mengajukan gencatan senjata selama dua hingga tiga hari di beberapa garis depan agar kami dapat mengevakuasi jenazah yang masih berada di medan tempur,” sambungnya.
Perdamaian Masih Terbengkalai

Kendati demikian, sampai Senin (2 Juni 2025), Rusia dan Ukraina satu sama lain menolak persyaratan perdamaian yang diajukan masing-masing delegasi. Kiev tidak mau menyerahkan Donetsk dan Luhansk sebagai bagian dari wilayah Rusia setelah kedua wilayah itu memerdekakan diri.
Berdasarkan dokumen perdamaian yang diajukan Ukraina, pemerintah Ukraina menginginkan gencatan senjata permanen, pertukaran tahanan perang, pemulangan anak-anak, dan jaminan internasional bahwa Rusia tidak akan melakukan agresi militer di masa yang akan datang.
Selain itu, Ukraina menyatakan akan tetap bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan Pakta Pertahanan Atlantik (NATO). Kiev juga siap mencabut sanksi ekonomi terhadap Rusia secara bertahap. Namun, aset milik Rusia yang dibekukan harus digunakan untuk renovasi dan rehabilitasi.
Sementara itu, pemerintah Rusia menginginkan adanya pengakuan internasional yang mengikat secara hukum bahwa Krimea, Luhansk, Donetsk, Zaporozhye, dan Kherson adalah bagian dari wilayah Rusia. Rusia juga berharap Ukraina menarik mundur tentaranya dari wilayah itu.
Selain itu, Rusia meminta Ukraina tetap bersikap netral dengan tidak bergabung ke dalam NATO atau mengizinkan infrastruktur militer dan tentara asing beroperasi di wilayahnya, terutama senjata nuklir. “Kami menginginkan perdamaian dalam jangka panjang,” tutur Medinsky.
Rusia juga mengajukan agar Ukraina dapat menjamin hak, kebebasan, dan kepentingan warga Ukraina keturunan Rusia, mencabut sanksi ekonomi, memulihkan hubungan diplomatik dan ekonomi seperti transit gas alam dan transportasi, serta saling membantu dalam rehabilitasi.***