Schneider Electric Tegaskan Komitmen pada Bangunan dan Hunian Berkelanjutan melalui Innovation Day Bali 2025

Bagikan

BALI, KORAN INDONESIA – Schneider Electric™, pemimpin global dalam transformasi digital untuk pengelolaan energi dan otomasi, menyelenggarakan Innovation Day 2025 di Bali, yang menjadi kota terakhir dalam rangkaian penyelenggaraan Innovation Day tahun ini. Mengusung tema “Powering Bali’s Sustainable Future with Net-Zero Buildings”, forum ini menjadi wadah kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat adopsi solusi berkelanjutan di sektor bangunan dan hunian yang efisien, rendah emisi, serta selaras dengan target Net Zero Emission (NZE) Indonesia 2060 dan Bali Net Zero Emission 2045. Melalui rangkaian diskusi dan demonstrasi teknologi inovatif, Schneider Electric menghadirkan solusi nyata guna menciptakan ekosistem bangunan dan hunian yang aman dan berkelanjutan.

Sebagai salah satu destinasi pariwisata dunia, Bali mencatat pertumbuhan properti yang pesat. Pada 2024, sektor real estate menyumbang 3,84% atau Rp11,45 triliun terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali. Sementara itu, sektor hospitality dengan 593 hotel berbintang dan 8.152 restoran menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Penambahan 3.253 kamar baru dari 23 proyek hotel hingga 2027 serta pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur semakin mempertegas posisi daerah ini sebagai motor pertumbuhan ekonomi sekaligus peluang pembangunan berkelanjutan.

Namun, peningkatan tersebut membawa tantangan serius, khususnya konsumsi energi yang tinggi. Hotel bintang lima di Bali mencatat rata-rata konsumsi 183 kWh per kamar per hari, lebih besar dibandingkan Jakarta (131 kWh per kamar per hari) dan Yogyakarta (85 kWh per kamar per hari). Data ini menegaskan perlunya pengelolaan energi yang efisien dan berkelanjutan untuk mendukung target Bali Net Zero Emission 2045. Kondisi ini sekaligus mendorong Bali untuk tampil sebagai penggerak dalam adopsi bangunan dan hunian berkelanjutan di Indonesia.

Sebagai bagian dari strategi nasional, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menetapkan standar Bangunan Gedung Hijau (BGH) dalam Permen PUPR No. 21/2021 dan Bangunan Gedung Cerdas (BGC) dalam Permen PUPR No. 10/2023 guna mendorong pembangunan rendah karbon. Implementasi regulasi ini, yang kian relevan bagi pertumbuhan pariwisata dan hunian di Bali, membuka peluang replikasi lebih luas guna mempercepat terciptanya ekosistem bangunan berkelanjutan di tingkat daerah maupun nasional.

Melihat peran vital sektor bangunan dalam konsumsi energi dan emisi karbon, Fajar Santoso Hutahaean S.T., M.S.E., Kepala Balai Teknik Sains Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum menyampaikan, “Sektor bangunan dan hunian memegang peran besar dalam konsumsi energi sekaligus potensi pengurangan emisi. Penerapan Bangunan Gedung Hijau dan Bangunan Gedung Cerdas menjadi fondasi untuk memastikan pembangunan yang efisien, aman, dan berkelanjutan, termasuk di daerah pariwisata seperti Bali. Kami mengapresiasi inisiatif Schneider Electric menghadirkan forum kolaboratif ini, dan mengajak seluruh pihak memperkuat sinergi menuju ekosistem bangunan dan hunian berkelanjutan di Indonesia.”

Martin Setiawan, President Director Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, menambahkan, “Transformasi menuju bangunan dan hunian berkelanjutan hanya dapat tercapai jika pemerintah, industri, dan masyarakat bergerak bersama. Innovation Day Bali menjadi bukti bagaimana solusi digital dan kerjasama lintas sektor dapat mempercepat terciptanya bangunan dan hunian yang efisien, aman, dan rendah karbon. Komitmen kami adalah menghadirkan teknologi yang memberi dampak positif, memberdayakan masyarakat untuk memaksimalkan energi dan sumber daya, sekaligus menjembatani kemajuan dan keberlanjutan. Semangat ini lah yang terus mendorong Schneider Electric untuk terus hadir sebagai mitra terpercaya dalam mewujudkan efisiensi baik di Bali maupun Indonesia.”

Integrasi Teknologi dan Keberlanjutan di Sektor Hospitality Bali

Dalam sesi diskusi panel bertajuk “Transformasi Hijau di Sektor Hospitality: Dari Operasi Cerdas Menuju Keberlanjutan” membahas bagaimana bagaimana sektor perhotelan dan layanan kesehatan di Bali dapat menjadi pionir dalam perjalanan menuju pariwisata berkelanjutan.

Diskusi ini juga menghadirkan Azhar Pangarso Laksono S.T., M.Eng.S.C, Perekayasa Ahli Muda – Balai Teknik Sains Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum; Ir. Achmad Sutowo Sutopo, MT, MARS, ACPE, IPU, P.H.Eng, Ketua Umum Himpunan Ahli Elektro Indonesia (HAEI); dan Alex Wiwoho, Director of Engineering Raffles Jakarta, yang menyoroti peluang besar untuk menghadirkan inovasi teknologi, operasional cerdas, serta integrasi standar keberlanjutan dalam mendukung target Bali Net Zero Emission 2045.

Dalam kesempatan ini, Ir. Achmad Sutowo Sutopo, MT, MARS, ACPE, IPU, P.H.Eng, Ketua Umum Himpunan Ahli Elektro Indonesia (HAEI), menyampaikan, “Transformasi menuju bangunan cerdas dan hijau tidak semata-mata bergantung pada kecanggihan teknologi. Teknologi hanya akan efektif bila ditopang oleh kesiapan sumber daya manusia yang kompeten, adaptif, dan visioner. Karena itu, HAEI terus mendorong peningkatan kapasitas tenaga ahli elektro melalui pelatihan, sertifikasi, dan forum keilmuan agar mereka mampu menjawab tantangan sekaligus memanfaatkan peluang dari transformasi energi. Dengan SDM unggul yang didukung kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat mempercepat implementasi sistem kelistrikan cerdas di sektor bangunan dan menjadikannya sebagai fondasi penting menuju target Indonesia Net Zero Emission 2060.”

Keselamatan Ketenagalistrikan Di Sektor Residensial

Pertumbuhan pariwisata pesat yang diiringi pertumbuhan hunian dan properti di Bali menghadirkan tantangan baru dalam memastikan pembangunan yang tidak hanya nyaman dan estetis, tetapi juga aman dan berkelanjutan. Sejumlah insiden kebakaran akibat korsleting listrik di villa dan hunian lainnya sepanjang 2024-2025, termasuk kebakaran yang menghanguskan 20 unit villa di Seminyak dengan kerugian mencapai Rp 12 miliar, menjadi pengingat bahwa sistem kelistrikan yang tidak direncanakan dengan baik dapat menimbulkan risiko besar bagi keselamatan, lingkungan, dan investasi jangka panjang.

Sesi diskusi panel kedua bertajuk “Perencanaan Kelistrikan yang Aman untuk Hunian Berkelanjutan” menghadirkan Ir. Hanat Hamidi, Koordinator Standardisasi Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; I Wayan Agus Novi Darmawan, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Bali; serta Christian Sugiono, Chief of Sugi Group.

Diskusi ini membahas pentingnya integrasi sistem kelistrikan yang aman dan andal, pemanfaatan teknologi efisiensi energi, serta pendekatan desain menyeluruh dapat mewujudkan hunian yang lebih aman, nyaman, dan ramah lingkungan. Diskusi juga menyoroti pentingnya perencanaan sejak tahap awal pembangunan. Tenaga ahli yang berkompeten, desain yang memenuhi standar, serta kolaborasi lintas sektor, mulai dari Pemerintah, para pelaku usaha, hingga masyarakat, memiliki peran penting untuk membentuk ekosistem hunian yang mendukung gaya hidup aman yang berkelanjutan dan mencapai target Net Zero Emission di Indonesia.

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya menekankan pentingnya Keselamatan Ketenagalistrikan melalui program-program ketenagalistrikan yang menyentuh langsung ke masyarakat. Salah satunya melalui penggunaan produk listrik ber-SNI dan pemasangan instalasi listrik sesuai Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2020 yang telah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2021. Selanjutnya, Pemerintah mendorong penerapan pemasangan Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS), seperti Residual Current Circuit Breaker (RCCB) dan Residual Current Circuit Breaker with Overcurrent Protection (RCBO) pada instalasi listrik sesuai dengan PUIL 2020, terutama pada hunian residensial, untuk mencegah terjadinya bahaya sengatan listrik dan kebakaran.

Ir. Hanat Hamidi, Koordinator Standardisasi Ketenagalistrikan – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, “Dengan proyeksi kebutuhan listrik rumah tangga mencapai 28% pada 2060, keselamatan kelistrikan di sektor residensial akan menjadi semakin krusial. Semakin tinggi konsumsi listrik, semakin besar pula potensi risiko yang harus diantisipasi sejak awal. Karena itu, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) serta penggunaan perangkat proteksi GPAS menjadi fondasi penting untuk melindungi hunian dari risiko kebakaran maupun kerusakan instalasi, sekaligus menjaga keselamatan penghuni dan keberlanjutan hunian. Pemerintah akan terus memperkuat regulasi dan memperluas sosialisasi penerapan ketenagalistrikan sebagai bagian dari komitmen untuk menurunkan risiko tersengat listrik dan kebakaran akibat listrik.”

Solusi Terkini untuk Bangunan dan Hunian Modern yang Berkelanjutan

Dalam acara ini Schneider Electric meluncurkan Vivace E, rangkaian saklar dan stopkontak bergaya modern dengan desain tanpa bingkai, pilihan warna elegan, fitur keamanan dengan shutter, serta kemudahan instalasi untuk berbagai gaya interior bangunan dan hunian. Schneider Electric juga memperkenalkan EcoStruxure™ Building Operation 7.0, platform manajemen gedung dengan arsitektur terbuka yang terintegrasi dan fleksibel, dilengkapi keamanan siber yang lebih kuat. Solusi ini memungkinkan implementasi yang lebih cepat dan optimal untuk operasional yang lebih efisien dan rendah emisi. Kedua solusi ini menegaskan komitmen Schneider Electric menghadirkan teknologi yang modern dan relevan bagi semua orang dalam mendukung bangunan dan hunian berkelanjutan.

Sebagai bagian dari agenda, Schneider Electric menghadirkan berbagai solusi unggulan yang mendukung mendukung efisiensi energi dan digitalisasi bangunan. Solusi seperti EcoStruxure Building Operation, Guest Room Management Solutions, EasyPact Solar MCCB, SM AirSet™, EVLink, RCCB Domae, Offgrid Portable Power Station, EcoConsult Energy Audit, dan Ecostruxure Service Plan ditampilkan dalam area showcase Innovation Hub, memberi gambaran nyata tentang bagaimana teknologi dapat membantu sektor bangunan dan hunian mempercepat transformasi menuju ekosistem yang rendah karbon sekaligus terdigitalisasi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top