JAKARTA, KORAN INDONESIA – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi perbandingan dirinya dengan Menkeu sebelumnya, Sri Mulyani Indrawati. Perbedaan gaya kebijakan keduanya kini jadi sorotan publik.
Sri Mulyani dikenal lebih berhati-hati dan defensif dalam mengelola keuangan negara.
Sementara Purbaya dinilai lebih agresif dan ofensif, bahkan sampai diibaratkan seperti strategi penyerangan dalam permainan sepak bola.
Salah satu contohnya adalah keputusan Purbaya menyalurkan dana kas negara sebesar Rp200 triliun ke bank-bank milik negara (Himbara).
Dana itu sudah masuk ke sejumlah bank, yaitu BRI Rp55 triliun, Mandiri Rp55 triliun, BNI Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, dan BSI Rp10 triliun.
Langkah ini menurut Purbaya adalah cara untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Meski disamakan dengan strategi pemain bola, Purbaya menegaskan bahwa yang ia lakukan hanyalah menjalankan ilmu fiskal sebagaimana mestinya.
“Saya enggak tahu yang saya tahu beginilah cara menjalankan fiscal policy yang baik. Saya enggak pernah main bola juga enggak jago. Mungkin kalau main saya ketinggalan terus sudah tua enggak bisa. Saya basicly, pada dasarnya itu, ilmu fiskal yang wajar seperti ini,” kata Purbaya usai rapat dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, dilansir Tribun News, Rabu, 17/9/2025.
Menurut Purbaya, setiap rupiah dalam APBN harus dipakai sesuai rencana, bukan dibiarkan menganggur.
“Ketika Anda punya, Anda sudah anggarkan, habisin. Kalau enggak berani ngabisin, jangan didesain, jangan direncanakan. Itu aja,” tegasnya.
Purbaya juga mengaku sudah meminta izin Presiden Prabowo untuk mulai mengecek langsung ke kementerian yang punya anggaran besar tapi penyerapan masih rendah. Ia berencana melakukan langkah ini mulai Oktober 2025.
“Tadi saya izin ke Pak Presiden, bulan depan saya akan mulai beredar di kementerian-kementerian yang besar, yang penyerapan anggarannya belum optimal, kita akan coba lihat, kita akan bantu,” ucapnya.
Ia memberi waktu sampai akhir Oktober 2025 bagi kementerian untuk memaksimalkan anggarannya.
Jika tidak mampu, uang tersebut akan ditarik kembali dan dialihkan ke program yang lebih cepat memberi manfaat bagi masyarakat.
“Saya akan kasih waktu sampai akhir bulan Oktober, kalau mereka tidak bisa belanja sampai akhir tahun, kita ambil uangnya,” ujarnya.
Purbaya menegaskan, uang negara harus benar-benar diputar demi kesejahteraan rakyat, bukan dibiarkan diam di kas kementerian.
“Kita sebarkan ke program-program yang langsung siap dan berdampak ke rakyat, saya nggak mau uang nganggur,” tegasnya.
Baca juga: Ekonomi Melemah, Anak Muda China Sulit Cari Kerja