KORAN INDONESIA – Baru-baru ini, Meta dikabarkan tengah gencar mencari insinyur dan peneliti AI dengan tawaran gaji sangat besar, hingga US$100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.
Hal ini memicu spekulasi bahwa Meta berusaha membajak para ahli AI dari perusahaan pesaing seperti OpenAI. Bahkan, beberapa pegawai OpenAI disebut-sebut sudah pindah ke Meta.
CEO OpenAI, Sam Altman, pun angkat bicara menanggapi kabar tersebut. Dia menyatakan bahwa tawaran dari Meta tidak mencerminkan budaya kerja yang baik di perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu.
Dalam rapat internal Meta, sejumlah karyawan sempat mempertanyakan soal rumor bonus US$100 juta atau Rp 1,62 triliun ini kepada jajaran eksekutif.
CTO Meta, Andrew Bosworth, menanggapi dengan menyebut bahwa Altman tidak jujur dan terkesan Meta memberikan tawaran besar tersebut untuk semua pegawai.
“Dia memberikan kesan kami melakukan ini untuk setiap orang. Begini, pasarnya memang panas. Namun tidak sepanas itu,” kata Bosworth, dilansir CNBC, Rabu, 2/7/2025.
Bosworth juga menuduh Altman memberikan penawaran tandingan kepada beberapa pegawai senior sehingga menciptakan pasar kerja tersendiri yang tidak umum di bidang AI.
“Itu bukan hal umum terjadi di ruang AI. Dia juga tidak menyebutkan syarat apa saja dari tawaran itu. Ini bukan sebuah bonus masuk, namun semua hal berbeda dari ini,” jelas Bosworth.
Selain itu, Bosworth menyebut Altman sering melebih-lebihkan sesuatu, terutama karena beberapa pegawai OpenAI kini bergabung dengan Meta.
“Sam dikenal suka melebih-lebihkan, dan dalam kasus ini, saya tahu persis mengapa dia melakukannya, karena kami berhasil mendatangkan bakat dari OpenAI. Dia tidak terlalu senang dengan hal itu,” tambahnya.
Meta memang tengah agresif membajak peneliti dari OpenAI. Dalam sepekan terakhir, tujuh orang pegawai OpenAI telah resmi pindah ke Meta.
Mereka di antaranya, Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren, serta tiga pegawai OpenAI di Swiss yakni Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai.
Mark Zuckerberg sebagai CEO Meta sendiri sangat fokus mengembangkan kecerdasan buatan.
Dia bahkan secara langsung menghubungi kandidat yang diincar, yang terdiri dari lulusan baru PhD dari universitas ternama seperti University of California Berkeley dan Carnegie Mellon, serta dari perusahaan pesaing seperti OpenAI dan DeepMind milik Google.
Baca juga: Meta Tawarkan Rp 1,64 T untuk Rekrut Staf OpenAI, Sam Altman Angkat Bicara