BOGOR KORAN INDONESIA – Kepala Desa Purwasari, Yusuf Mustopa, melakukan kunjungan ke kebun Agroforestri yang dikelola di Agribusiness and Technology Park (ATP), IPB University, usai menghadiri Dies Natalis IPB ke – 62 pada Senin, 1 September 2025.
Dalam kunjungannya ke ATP IPB University, Kepala desa Purwasari, Yusuf Mustopa di dampingi Forum Wacana IPB, melihat dari dekat kebun percontohan tanaman alpukat dipadukan dengan kopi sebagai model pengembangan usaha tani berkelanjutan.
Kebun percontohan yang di kelolan ATP IPB University, sangat menginspirasi dunia pertanian, banyak jenis tanaman sayuran dan buah – buahan serta perikanan dikembangkan di dalam ATP, yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat termasuk pemerintah desa di lingkar kampus IPB.
Baca juga ; Pemdes Sinarsari Bogor Realisasikan Dana Desa Tahap II TA 2025, Membangun TPT dan Betonisasi Jalan Desa
Usai mengunjungi ATP IPB University, Yusuf Mustopa Kepala desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor menuturkan ketertarikannya terhadap pengembangan tanaman alpukat yang dipadukan dengan tanaman kopi.
Ia mengaku sangat tertarik dengan model penanaman Alpukat di ATP IPB dan berencana akan menginisiasi gerakan penanaman alpukat di Desa Purwasari dengan memanfaatkan lahan yang selama ini belum tergaraf bahkan jika memungkinkan hingga lahan di pekarangan rumah warga.
Tahapannya mungkin pihaknya akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar warga yang memiliki lahan pekarangan bisa dimanfaatkan, sehingga dari lahan sempitpun bisa menghasil sesuatu yang bernilai ekonomis.
Ilustrasi Profit
Lalu ia pun mengilustrasikan jika setiap warga menanam satu pohon alpukat, dan dari satu pohon itu menghasilkan produksi 10 kilogram buah, dengan asumsi harga Rp 50.000/kilogram, maka setiap rumah akan memperoleh Rp 500.000 setiap panen.
“Dengan ilustrasi di atas, maka jika kami memberdayakan 100 Kepala Keluarga (KK) untuk menanam 1 pohon di halaman rumahnya, maka produksi panen akan mencapai 1.000 kilogram setiap kali panen atau setara dengan Rp 50 juta. Dan ini tentunya akan menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat,” kata Yusuf Mustopa kepada koranindonesia.net Selasa, 2 September 2025.
Terpisah di lokasi yang sama, Danang Aria Nugroho Supervisor Layanan Agromaritim, Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim IPB University mengatakan bahwa tanaman alpukat dipilih karena memiliki nilai ekonomi tinggi serta pasar yang relatif stabil.
“Apabila hal ini bisa dilakukan, maka ini merupakan terobosan baru untuk desa Purwasari, bisa menghasilkan komoditas unggul, yang dapat membantu ketahan pangan serta dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” jelasnya.
Jumlah pohon Alpukat
Selanjutnya Danang menyebut bahwa di kawasan ATP IPB University telah ditanam kurang lebih 800 pohon alpukat unggul. Dan tidak lama lagi semua pohon akan segera berbuah secara merata, kalau saat ini memang ada yang sudah berbuah ada yang belum.
Pariwisata Edukatif
Menurut Danang apabila semua pohon alpukat sudah memasuki masa panen, kebun ini tidak hanya menjadi pusat produksi, namun akan dikembangkan sebagai atraksi wisata metik alpukat langsung di kebun, sehingga memberikan nilai tambah baik dari sisi ekonomi maupun pariwisata edukatif.
“Ya kita akan jadikan kebun ini menjadi wisata edukatif, para pengunjung yang datang bisa memetik langsung buah alpukat dari pohonnya,”ujarnya.
Pihaknya juga berharap kunjungan Kades Purwasari ini dapat menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi antara desa dan perguruan tinggi dalam mewujudkan inovasi pertanian yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.
“Sekali lagi kami berharap kerjasama antara desa Purwasari dengan IPB University terkait budidaya tanaman alpukat bisa terwujud,”tandasnya.***



