GARUT, KORAN INDONESIA – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, menghadiri peringatan Hari Anak Nasional di Pendopo, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Selasa (5 Agustus 2025). Namun, berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini di Garut Hari Anak Nasional lebih fokus pada anak-anak penyandang disabilitas.
Nurdin mengapresiasi kegiatan ini, terutama ide utama yang diusung pada tahun ini. Dia merasa terharu melihat kekuatan para orang tua yang hadir dalam memberikan bimbingan, kasih sayang, dan perhatian khusus kepada anak-anaknya yang berkebutuhan khusus.
”Perjuangan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus jauh lebih berat,” ujar Nurdin.
Pihaknya berjanji akan berkomunikasi dengan Bupati Garut Abdusy Syakur Amin untuk menjajaki kemungkinan memberikan dukungan fasilitas. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap keinginan para orang tua untuk mendirikan lembaga keterampilan bagi anak-anak disabilitas.
Lembaga ini diharapkan dapat memberikan ruang dan sosialisasi kepada anak-anak disabilitas agar keterampilan yang mereka miliki dapat memiliki nilai jual di masyarakat.”Insya Allah, kami akan coba bicarakan sekaligus komunikasikan dengan bupati,” janji Nurdin.
Dia berharap, kegiatan ini menjadi pengingat bagi semua untuk lebih bersyukur atas anugerah yang diberikan Tuhan.
Ketua Perkumpulan Orang Tua Anak Disabilitas Indonesia (PORTADIN) Kabupaten Garut, Yuli Aryani, menjelaskan peringatan Hari Anak Nasional di Garut kali ini merupakan momen perdana yang digagas khusus oleh perkumpulan orang tua anak-anak disabilitas.
”Ini sebuah momen perdana di Kabupaten Garut yang kita gagas secara khusus mengangkat tema ‘Anak-anak dan remaja disabilitas’,” katanya.
Dia menerangkan, acara ini bukan sekadar seremonial, tetapi langkah awal untuk menunjukkan eksistensi anak-anak disabilitas. Mereka memiliki cita-cita untuk mendirikan sebuah lembaga kursus dan pelatihan bagi remaja disabilitas pasca-sekolah SMA, dengan nama Art Therapy Center (Lembaga Kursus dan Pelatihan).
Wadah ini diperlukan untuk menampung remaja dengan disabilitas intelektual, seperti tunagrahita, down syndrome, dan autis yang sulit masuk ke jalur pendidikan umum. ”Kami ingin menciptakan Kabupaten Garut sebagai kota inklusif yang ramah disabilitas,” kata Yuli.
Acara ini diikuti oleh 240 peserta, termasuk 135 anak dari seluruh Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sekolah umum dengan sekolah inklusi di Kabupaten Garut. Kegiatan yang diselenggarakan meliputi talkshow, pameran karya anak, kegiatan motorik, terapi sensorik, dan olahraga jasmani adaptif.
Yuli menyampaikan terima kasih atas dukungan dari Pemerintah Kabupaten Garut, Prima Insani, dan pemangku kepentingan lainnya. Dia berpesan kepada para orang tua anak berkebutuhan khusus untuk bersatu dan saling bergandengan tangan.
”Di sini kita tidak ada perbedaan, karena di sini tidak ada diskriminasi termasuk orang tuanya,” ujarnya. Dia yakin, anak-anak istimewa ini suatu saat akan bersinar dan membuat Garut menjadi daerah yang hebat.***