BANDUNG, KORAN INDONESIA – Komunitas biasanya merujuk pada sekumpulan individu yang memiliki kesamaan, entah itu dari segi minat atau kesukaan.
Karena kita biasanya lebih familiar dengan komunitas-komunitas seperti fotografi, motor, senam dan lain sebagainya.
Tetapi di belahan dunia lain, ternyata terdapat beberapa komunitas yang tergolong unik karena bukan seperti yang biasa kita temukan.
1. La Sape (Kongo)
Nama “La Sape” adalah singkatan dari Société des ambianceurs et des personnes élégantes (Society of Atmosphere-setters and Elegant People).
Para anggotanya biasa disebut “sapeurs” (laki-laki) atau “sapeuses” (perempuan) yang mengutamakan pakaian fashionable dan elegan, seperti setelan jas, sepatu mewah, topi fedora, tongkat, kacamata hitam dan aksesori-aksesori lainnya.
Meski mereka justru hidup dalam kondisi ekonomi yang tergolong rendah, seperti para buruh, tukang kayu, supir taksi dan petani.
Akan tetapi, bagi sapeurs, berpakaian mewah adalah cara mereka untuk mengekspresikan harga diri, keindahan dan martabat.
2. Slab City, California (AS)
Slab City adalah komunitas alternatif di gurun Sonoran, California. Tepatnya, di bekas pangkalan militer perang dunia II yang kini menjadi “perkampungan” bagi orang-orang yang ingin hidup di luar sistem sosial konvensional: tanpa listrik tetap, tanpa sistem pembuangan dan sangat sedikitnya regulasi formal.
Populasinya bersifat variatif karena musiman. Tetapi, terdapat sekitar 150 penduduk tetap. Namun saat musim dingin, komunitas ini bisa didatangi hingga beberapa ribu orang (sekitar 4.000 menurut beberapa estimasi), terdiri dari pensiunan, pengembara, seniman, ex-veteran, dan orang-orang yang ingin menghilang dari sistem.
Biasanya, masyarakat Slab City hidup mandiri dan sering membuat karya seni atau instalasi unik, contohnya seperti “Salvation Mountain”: sebuah bukit warna-warni dengan lukisan dan tulisan religius, dibuat oleh salah satu warga Slab City selama puluhan tahun sehingga tempat ini menjadi semacam landmark budaya bagi komunitas.
Selain itu, banyak dari penghuni Slab City yang memilih hidup off-grid atau tidak bergantung kepada fasilitas umum seperti listrik dan lain sebagainya karena ingin terbebas dari aturan sosial, biaya hidup dan pekerjaan konvensional.
Karena mereka memang bermaksud untuk mencari kebebasan dari norma masyarakat dan melihat Slab City sebagai tempat terakhir yang ada di Amerika.
3. Rainbow Family of Living Light (AS)
Rainbow Family muncul sekitar tahun 1970-an sebagai bagian dari budaya kontra-budaya dimana mereka menolak struktur sosial konvensional, kapitalisme dan konsumerisme karena mendambakan hidup bersama secara sederhana di alam.
Salah satu bentuk utama komunitas ini adalah Rainbow Gathering, yakni acara camping besar di alam terbuka yang bersifat sementara dan sering diselenggarakan di lokasi publik.
Orang dari berbagai negara juga bisa ikut karena komunitas ini longgar, tanpa hierarki yang tetap atau kepemimpinan formal.
Selain itu, komunitas ini bergaya hidup nomaden karena tidak berakar di satu tempat.
Sehingga, komunitas ini menjadi bagian dari jaringan kontra-budaya global, bukan komunitas yang terisolasi.



