JAKARTA, KORAN INDONESIA – Setelah seperempat abad, Jose Mourinho akhirnya kembali ke Benfica. Terakhir kali ia duduk di bangku pelatih klub asal Lisbon itu pada Desember 2000.
Kini, 25 tahun kemudian, pelatih berjuluk ‘The Special One’ itu datang lagi dengan reputasi segudang. Dalam rentang waktu itu, Mourinho sudah menorehkan karier yang luar biasa.
Ia mengoleksi dua trofi Liga Champions, satu Piala UEFA, Liga Europa, Liga Konferensi, delapan gelar liga, serta sederet piala lainnya dari 10 klub berbeda.
Namanya melekat erat dengan kejayaan Porto di Eropa, treble winner bersama Inter Milan, dan masa-masa penuh drama di Chelsea, Real Madrid, hingga Manchester United.
Tak heran, kembalinya Mourinho ke Benfica langsung menyedot perhatian besar. Di luar Estadio da Luz, stadion baru yang bahkan belum ada saat Mourinho pertama kali melatih Benfica, terlihat suasana ramai oleh media begitu kabar kedatangannya diumumkan.
“Kami kehilangan sosok pelatih ikonik di Portugal,” kata jurnalis CNN, Joao Pedro Oca.
“Warisan Mourinho sangat besar di sini, terutama karena apa yang dia lakukan di Porto. Ini memang sudah lama ditunggu, kembalinya Mourinho ke Portugal, ke Benfica, dan nantinya mungkin ke timnas. Hanya soal waktu,” tambahnya.
Meski begitu, tak sedikit yang menilai langkah ini penuh risiko. Bukan hanya untuk Benfica, tapi juga Mourinho. Sebab, klub akan menggelar pemilihan presiden pada 25 Oktober mendatang.
“Dia sosok yang sangat dihormati di Portugal, bahkan melampaui rivalitas klub,” ujar jurnalis Expresso, Diogo Pombo.
“Tapi masa keemasan Mourinho sudah lewat, dan orang-orang tahu gaya konfrontatifnya belakangan ini. Meski begitu, kisahnya dengan Benfica bisa jadi nilai plus, karena dulu dia pergi dalam keadaan dicintai fans, hanya saja klub gagal mendukung ambisinya,” lanjutnya.
Mourinho pernah meninggalkan Benfica dengan rasa “urusan yang belum tuntas”. Saat itu, Presiden baru Manuel Vilarinho menolak memperpanjang kontraknya meski Mourinho baru saja mengangkat performa tim yang terpuruk. Keputusan itu tentu disesali banyak orang.
“Saat itu Benfica sangat buruk, mungkin musim terburuk dalam sejarah klub. Tapi dengan Mourinho, permainan langsung berubah. Dia sudah menunjukkan karakternya seperti yang kita kenal di Porto dan Chelsea,” ujar Filipe Ingles, pembawa acara podcast Benfica FM.
Sejak Mourinho pergi, Benfica butuh empat tahun untuk memutus paceklik gelar liga, sementara Mourinho justru mengangkat trofi Liga Champions bersama Porto lalu meroket ke Chelsea.
“Tentu kami sering berpikir, bagaimana kalau Mourinho tetap bertahan waktu itu,” kata Ingles.
“Mungkin sekarang dia bisa menebusnya, 25 tahun kemudian,” lanjutnya.
Rui Costa, legenda Benfica yang kini menjabat sebagai presiden ke-34 klub olahraga SL Benfica, menaruh harapan besar pada Mourinho. Ia percaya kehadiran pelatih berusia 62 tahun itu bisa mengembalikan kejayaan klub sekaligus memperkuat posisinya menjelang pemilihan.
Namun langkah ini disebut sebagai “pertaruhan besar”. Lawan politiknya menuding keputusan ini lebih bernuansa politik daripada murni sepak bola.
“Saya tidak pernah menaruh kepentingan pribadi di atas Benfica, dan sekarang pun tidak,” tegas Costa, membantah tuduhan tersebut.
Survei televisi lokal menunjukkan Costa masih berada di posisi kedua dari enam kandidat, dan persaingan diprediksi cukup ketat.
“Kalau ada presiden baru, situasinya akan sulit. Mourinho datang dengan kontrak besar, dan presiden baru harus menanggungnya,” kata Ingles.
Meski sebagian meragukan, antusiasme kembalinya Mourinho ke Benefica ini tentu tetap tinggi.
“Kalau lima atau sepuluh tahun lalu Mourinho datang ke Benfica, semua fans pasti gembira setengah mati,” ujar Ingles lagi.
“Dia pelatih Portugal terbaik sepanjang masa, salah satu yang terbaik di dunia. Tapi itu dulu. Sekarang ada keraguan apakah dia masih sehebat yang dulu,” tambahnya.
Satu hal jelas: kedatangan Mourinho membuat publik Portugal penuh rasa penasaran. Ia memang sudah lama tak memenangkan gelar liga, yang mana terakhir bersama Chelsea pada 2015, namun Mourinho masih punya nama besar dan pengalaman yang segudang.
“Benfica punya skuad bagus. Kalau Mourinho gagal membawa mereka juara, itu pasti dianggap kegagalan,” pungkas Ingles.***
Baca juga: Hasil China Masters 2025: Tiga Wakil Indonesia Pastikan Tiket 8 Besar



