KORAN INDONESIA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama hanya mencapai 4,87 persen secara tahunan. Industri pariwisata jadi salah satu sektor yang paling terkena dampak.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Hariyadi Sukamdani menyebut, omzet hotel turun cukup tajam.
“Di semester satu itu, hampir semuanya mencatat penurunan. Kalau di sektor hotel itu perkiraan turunnya antara 30 sampai 40 persen. Untuk taman rekreasi baru Taman Impian Jaya Ancol yang sudah ekspos. Mereka turun 12 persen,” kata Hariyadi dalam keterangan pers, Kamis (31/7/2025).
Hariyadi menjelaskan bahwa daya beli masyarakat yang menurun dan efisiensi anggaran pemerintah menjadi pemicu utama.
Masalah lainnya, lanjut Hariyadi, adalah makin banyaknya usaha pariwisata ilegal yang bermunculan.
“Ada supply yang bertambah dari supplier yang ilegal. Seperti kita tahu di Bali, ada villa-villa yang tidak punya izin,” ujarnya.
Beberapa kebijakan pemerintah juga disebut Hariyadi memperparah situasi. Misalnya pembatasan bagasi pesawat, larangan study tour, dan biaya tinggi untuk sertifikat laik fungsi.
“Regulasi itu ternyata ada yang berdampak, misalnya larangan study tour, impactnya itu ada,” tambah Hariyadi.
Hariyadi turut menyoroti pemasangan plang larangan usaha di Puncak, meskipun beberapa usaha sudah memiliki izin resmi.
GIPI kini berupaya mencari jalan keluar. Mereka sudah berdiskusi dengan Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya soal regulasi yang menghambat usaha pariwisata.
Selain itu, GIPI juga mendorong pemerintah daerah agar ikut belanja di sektor pariwisata. Tujuannya agar roda ekonomi bisa kembali bergerak.
Ekonomi Indonesia sendiri sempat terkontraksi 0,98 persen di awal tahun. Hariyadi berharap, pariwisata bisa segera pulih agar ikut mendongkrak pertumbuhan nasional.***
Baca juga: PPATK Temukan 1 Juta Rekening Diduga Digunakan untuk Kejahatan