BOGOR KORAN INDONESIA – Program Ketahanan Pangan (Ketapang) desa Petir Bogor periode 2024 difokuskan pada sektor perikanan, yakni budidaya pembesaran lele kini. Sejak bergulirnya program Ketapang tersebut hari ini Minggu, 7 September 2025 merupakan panen yang ke empat kali.
Sesuai anjuran pemerintah pusat, program Ketapang yang dijalankan oleh Pemerintah desa Petir, manfaatnya sudah dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya warga yang terindikasi stunting dan ibu hamil KEK. Karena pada saat panen mereka menjadi skala prioritas untuk mendapatkan bagian dari hasil panen lele tersebut.
Sementara itu, program Ketapang desa Petir tahun 2025, budidaya pembesaran ikan nila yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Benih ikan nila yang sudah di tebar di kolam pembesaran nila di Kp Cisasah sebanyak 53.000 ekor.
Kepala desa Petir, H Sukardi menuturkan bahwa hari ini melaksanakan giat panen lele dari program Ketapang tahun 2024. Ini meupakan panen yang ke empat kali, sebelumnya sudah panen tiga kali.
“Kita panen lele ini yang ke empat, dari program Ketapang tahun 2024, sebelumnya kita sudah tiga kali panen, dan panen kali ini agak berbeda dengan panen sebelumnya, karena disebabkan faktor cuaca, sehingga berpengaruh terhadap Ph air,”kata H Sukardi kepada koranindonesia.net.
Jumlah Hasil Panen
Selanjutnya ia mengungkapkan pada panen perdana, kedua dan ke tiga hasilnya cukup lumayan bagus, bisa mencapai 900 kilogram bahkan sampai 1 ton lebih. Dan panen saat ini yang ke empat, diperkirakan hasil panennya hanya mencapai sekitar 600 kilogram, itu karena dipengaruhi faktor cuaca serta faktor lainnya, sehingga panen kali ini sedikit menurun dari sebelumnya.

Caption foto: Kepala desa Petir H Sukardi bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) saat melakukan pembersihan lele untuk suplai ke dapur Makan Bergizi Gratis (MBG)/Asof/koranindonesia.net/
“Iya panen ke empat ini ada penurunan, pertumbuhan lele tidak merata, diduga faktor cuaca, atau mungkin ada faktor lain, sehingga pertumbuhannya kurang begitu bagus, namun demikian tetap masih bisa dipanen dan masih bisa dipasarkan,”ujarnya.
Pakan Ikan
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan bahwa dalam budidaya pembesaran lele ini, pihaknya memberikan pakan pabrikan (pelet) juga sisa – sisa limbah sayur – sayuran dari masyarakat.
“Pemberian pakan itu menggunakan pelet yang dikolaborasikan dengan limbah sayur – sayuran dari masyarakat, pertumbuhan lelenya juga cukup bagus, pakannya cukup, cuacanya bagus sehingga panennya sesuai target waktu yang ditentukan,”ucapnya.
Penjualan hasil panen
Lalu H Sukardi juga menjelaskan, hasil panen lele ini pemasarannya, bekerja sama dengan salah satu dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di bilangan Ciomas Kabupaten Bogor. Dan ke depan jika dapur MBG sudah ada di desa Petir, kemungkinan hasil panen lele ini akan menyuplai juga MBG di sini.
“Selain itu kami juga bekerjasama dengan pemilik kolam pancing, lele yang ukuran besar tidak sesuai dengan gread dapur MBG kita suplai ke kolam pancing di sekitar sini,”kata H Sukardi.
Stunting dan Hamil KEK
Kemudian H Sukardi menegaskan program ketahanan pangan desa Petir sesuai anjuran pemerintah pusat, tujuannya untuk ketahanan pangan warga di desa, Dan hasil panen lele ini, pihaknya memprioritaskan masyarakat, khususnya keluarga stunting dan ibu hamil KEK, “Mereka kita prioritaskan dibagi secara gratis,”tegasnya.
Dana Hasil Penjualan
Dalam kesempatan itu, H Sukardi juga menjelaskan bahwa dana hasil penjualan program ketahanan pangan diputar kembali kepada modal budidaya pembesaran lele, setelah sebelumnya dipotong terlebih dahulu biaya operasional.
“Biaya operasional tersebut terdiri dari upah kerja, biaya pakan, peralatan kolam, pemeliharaan kolam dan lain sebagainya, Jadi hasil penjualan kotor setelah dikurangi biaya operasional, kita putarkan kembali pada modal pengadaan bibit atau benih lele yang baru,”jelasnya.
Karena lanjut H Sukardi dana program ketahanan pangan tahun 2024 terus berputar, usaha budidaya pembesaran lele ini akan terus dilanjutkan oleh kelompok Wanita Tani (KWT) desa Petir. Sementara program ketapang tahun 2025 dikelola oleh Bumdes yakni budidaya pembesaran ikan nila.
“Kita akan tetap pertahankan budidaya lele oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) karena hasilnya sudah jelas, dan manfaatnya dapat dirasakan langsung masyarakat,”tegas dia.

Caption foto : Kepala desa Petir, H Sukardi memperlihatkan tanaman tumpang sari cabai di pinggir kolam lele/Asof/koranindonesia.net/
Tumpangsari Tanaman Cabai
Selain budidaya pembesaran lele, di sekeliling pinggir kolam, dimanfaatkan untuk menanam cabai, jadi tidak ada lahan yang nganggur, meskipun lahan di sini tidak terlalu luas, tetapi ketika dimaksimalkan pemanfaatannya dapat menghasilkan juga.
“Kita manfaatkan lahan kosong dipinggir kolam lele, dengan tanaman cabai, dan kotoran atau limbah lele kita jadikan pupuk untuk cabai, alhmadulillah tanaman cabai bisa tumbuh subur dan menghasilkan cabai berkualitas dan bernilai ekonomis,”pungkasnya.***



