Selain Dokter Forensik, Peran Lainnya Bisa Terlibat dalam Penyelidikan Kasus Kematian Tidak Wajar

Bagikan

BANDUNG, KORAN INDONESIA – Kematian tidak wajar adalah jenis kematian yang terjadi karena penyebabnya di luar proses biologis alami, seperti pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, atau keracunan.

Dalam kasus seperti ini memang memerlukan peran dokter forensik untuk menentukan penyebab kematian melalui otopsi.

Namun, penyelidikan kematian tidak wajar adalah proses yang kompleks dan multidisipliner.

Banyak peran penting lainnya yang bekerja sama agar kebenaran dapat diungkap secara objektif meski tergantung pada tingkat dan jenis kerumitan kasusnya.

1. Penyidik Kepolisian

Penyidik atau detektif kepolisian adalah pihak pertama yang menangani kasus setelah kematian dilaporkan.

Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengamankan tempat kejadian perkara (TKP), melakukan wawancara dengan saksi, mengumpulkan informasi awal, dan mendokumentasikan keadaan korban serta lingkungan sekitar.

Dalam konteks ilmiah, penyidik juga perlu menjaga integritas barang bukti, bekerja sama dengan tim forensik serta memastikan bahwa proses penyelidikan berjalan sesuai dengan prosedur hukum.

2. Petugas Olah TKP / Ahli Kriminalistik

Ahli kriminalistik atau petugas olah TKP berperan penting dalam mengumpulkan bukti fisik dari lokasi kejadian.

Seperti melakukan dokumentasi menyeluruh melalui foto, video serta pengukuran posisi barang bukti dan korban.

Ditambah meneliti jejak-jejak yang ada di TKP seperti darah, sidik jari, jejak kaki atau bekas senjata. Bukti-bukti ini sangat penting untuk mengungkap mekanisme terjadinya kematian.

3. Ahli Toksikologi Forensik

Toksikolog forensik bertanggung jawab dalam menganalisis keberadaan zat kimia dalam tubuh korban, seperti racun, alkohol, narkoba, atau obat-obatan lain.

Jika terdapat dugaan keracunan atau overdosis, mereka dapat menentukan jenis zat dan berapa banyak zat yang masuk ke dalam tubuh korban.

4. Ahli Histopatologi

Selain pemeriksaan secara kasat mata yang dilakukan oleh dokter forensik, ahli histopatologi melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jaringan tubuh korban.

Ini bertujuan untuk melihat perubahan sel yang bisa menunjukkan penyakit tersembunyi, infeksi, atau luka dalam yang tidak tampak secara visual. Hal ini penting untuk memperjelas penyebab kematian.

5. Ahli Antropologi dan Odontologi Forensik

Studi menunjukkan bahwa identifikasi genetik (DNA) pada jaringan yang sudah terbakar sampai pada tahap tertentu masih memungkinkan, terutama bila jaringan keras seperti tulang atau gigi masih ada.

Tetapi, pada tingkat pembakaran yang sangat hebat, DNA bisa sangat rusak dan hanya memungkinkan analisis melalui mitochondrial DNA atau mungkin tidak ada sama sekali.

6. Ahli Forensik Digital

Di zaman yang teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan ini, bukti digital sering kali memegang peranan penting.

Bukti digital tersebut bisa berupa dokumen elektronik, percakapan digital, data komputer, dsb.

Tetapi, penggunaan bukti digital di Indonesia diatur dalam UU ITE (UU Nomor 11 Tahun 2008, diubah oleh UU No. 19 Tahun 2016).

Sehingga praktik pengumpulan, verifikasi dan penerimaan bukti digital di pengadilan terkadang menghadapi tantangan seperti metode pengambilan data (chain of custody), validitas, keaslian, dan legalitasnya.

7. Ahli Psikologi Forensik dan Kriminologi

Psikolog forensik memiliki kemampuan untuk menganalisis kondisi mental korban dan tersangka. Mereka bisa memberikan wawasan terkait motif di balik tindakan kriminal, serta membantu dalam wawancara saksi atau tersangka.

Ahli kriminologi juga membantu menjelaskan pola perilaku kriminal dan bagaimana lingkungan sosial memengaruhi tindakan pelaku.

8. Ahli Kimia Forensik

Ahli kimia forensik memeriksa barang bukti yang mengandung unsur kimia, seperti residu senjata api, bahan peledak, cat, logam berat, atau cairan tidak dikenal.

Instrumen laboratorium seperti Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) dapat digunakan untuk menganalisis sampel secara akurat.

Sehingga, dalam kasus-kasus yang melibatkan senjata api, ledakan atau kontaminasi zat kimia memerlukan ahli kimia forensik.

9. Jaksa Penuntut Umum dan Pengacara

Meski bukan bagian dari proses investigasi ilmiah secara langsung, jaksa dan pengacara berperan penting dalam menilai kekuatan bukti, menyusun dakwaan, dan memastikan bahwa semua laporan forensik bisa digunakan secara sah di pengadilan.

Karena, mereka juga bekerja sama dengan para ahli untuk menyusun argumen hukum berdasarkan bukti ilmiah meski tidak mengolahnya langsung secara teknis.

Ferry Irwandi dan TNI Sepakat Damai, Akhiri Polemik

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top