KORAN INDONESIA – IPB University dalam pelaksanaan penerimaan calon mahasiswa baru jalur seleksi mandiri (SM) tahun 2025 pada program Sarjana (S1) dalam rangka mitigasi kecurangan, menggunakan sistem pengawasan berbasis proctoring dengan bantuan Artificial Intelligence (AI).
Pada pelaksanaan seleksi mandiri (SM) dengan sistem pengawasan (AI) tersebut sedikitnya 3.600 peserta mengikuti ujian untuk mendapatkan kursi di berbagai program studi di IPB University.
Direktur Administrasi Pendidikan dan Penerimaan Mahasiswa Baru IPB University, Dr Utami Dyah Syafitri, dalam keterangan tertulisnya diterima koranindonesia.net pada Selasa, 24 Juni 2025, IPB mengembangkan sistem pengawasan ujian berbasis proctoring AI karena beberapa alasan.
“Pertama, sebagai langkah mitigasi terhadap kecurangan. Kedua, IPB University mencoba leading dalam hal teknologi pembelajaran, terutama dalam hal pengawasan berbasis AI,”katanya.
Dua sistem pendaftaran
Selanjutnya Dr Utami mengungkapkan, di jalur SM tahun ini, IPB University mengembangkan dua sistem pendaftaran antara lain ;
- Pertama, siswa yang eligible Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) yang belum diterima di perguruan tinggi negeri (PTN).
- Kedua, siswa yang eligible Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dengan penerapan minimal skor Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk mengikuti ujian online SM IPB.
“Dalam sistem ujian berbasis proctoring ini, satu pengawas bertugas mengawasi 75 peserta dalam satu kelompok. Total ada 57 pengawas yang bertugas dengan bantuan 27 teknisi,”ujarnya.
Sementara itu, Dean Apriana Ramadhan, SKom, MKom selaku Asisten Bidang Transformasi Digital, Lembaga Manajemen Informasi dan Transformasi Digital (LMITD) IPB University mengatakan, sistem proctoring AI ini digunakan untuk mengawasi seluruh aktivitas peserta.
“Ada dua kamera yang digunakan. Pertama kamera depan untuk menangkap rekaman wajah peserta dan kedua kamera dari belakang untuk merekam lingkungan di sekitar peserta,” ungkapnya.
Dengan sistem ini, lanjutnya, pengawas bisa berkomunikasi secara online dengan para peserta. Jadi, jika peserta mengalami kesulitan atau masalah bisa langsung terdeteksi.
“Kemudian jika ada kecurangan atau tindakan yang tidak diizinkan bisa langsung terdeteksi oleh sistem ini dan peserta akan dikenakan sanksi,” tuturnya.
Terpisah di lokasi yang sama, Asisten Bidang Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi, Dr Mushthofa menambahkan, sistem proctoring berbasis AI tahun ini memiliki keunggulan dibanding tahun sebelumnya, yakni seluruh aktivitas peserta ujian akan terekam secara menyeluruh.
“Sistem keamanan juga diterapkan secara berlapis. Mulai dari perekaman aktivitas dalam bentuk gambar dan suara, kemampuan untuk melakukan proctoring melalui fitur chat, hingga pengambilan data log dari sistem ujian guna mendeteksi aktivitas (non-human) yang tidak wajar,” jelasnya.
Untuk mempersiapkan sistem ini, terdapat dua tahap praujian. Pada tahap pertama, peserta diminta melakukan instalasi aplikasi serta perangkat keras dan lunak yang diperlukan.
Selanjutnya, pada praujian kedua, peserta menggunakan hasil instalasi tersebut untuk menyimulasikan lingkungan ujian yang sesungguhnya.
“IPB University telah melakukan berbagai uji coba atau trial test, baik secara internal maupun eksternal. Simulasi ini dilakukan secara berulang untuk memastikan integrasi yang baik antara sistem proctoring dengan sistem ujian yang digunakan,” pungkasnya.***