TOKYO, KORANINDONESIA.NET – Karier Taku Eto sebagai Menteri Pertanian Jepang hanya bertahan tujuh bulan (November 2024-Mei 2025). Politisi dari Partai Liberal Democratic itu dipecat Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba akibat memicu kontroversi di tengah krisis pasokan beras.
Gejolak politik itu bermula ketika Eto menghadiri penggalangan dana Partai Liberal Democratic pada 18 Mei 2025. Saat itu, Eto mencoba memuji kesetiaan para pendukung partainya. Dia mengatakan, ”Saya pribadi tidak perlu membeli beras karena sumbangan dari Anda sudah cukup, bahkan sisanya bisa dijual.”
Pernyataan itu berhasil mencairkan suasana di lingkungan partainya. Namun, tidak dengan puluhan juta warga Jepang yang lain. Sebab, Jepang sedang dilanda krisis pasokan beras dengan harga mencapai 50 ribu yen per 60 kilogram pada 2025, naik sekitar 31 ribu yen daripada setahun sebelumnya.
Ishiba yang juga elite politik dari Partai Liberal Democratic merasakan tekanan ini tidak hanya muncul dari warga masyarakat, tapi juga dari oposisi politik, terutama terhadap partainya. Pada Rabu (21 Mei 2025), Ishiba memutuskan memecat Eto dari jabatannya selaku Menteri Pertanian Jepang.
Eto Meminta Maaf
Sehari pascakontroversi, Ishiba sempat memanggil Eto untuk menjelaskan terkait pernyataannya yang kontroversial itu. Ishiba masih memberi kesempatan kepada Eto untuk menduduki jabatan menteri di dalam Kabinetnya. Namun, nasi sudah menjadi bubur, lima partai oposisi mendesaknya untuk mundur.
Eto kemudian meminta maaf karena sudah berlaku dan berkata secara berlebihan hingga menyakiti puluhan juta warga Jepang. Melansir Japannews.yomiuri.co.jp, Shinjiro Koizumi, mantan Menteri Lingkungan Hidup Jepang (September 2019-Oktober 2021), akan menggantikan posisi Eto.
“Saya akui saya telah membuat pernyataan yang tidak pantas,” kata Eto setelah menyerahkan surat pengunduran diri di Kantor Perdana Menteri Jepang, Rabu (21 Mei 2025). “Krisis harga beras sudah memasuki tahap paling kritis. Saya mungkin bukanlah orang yang tepat untuk tugas ini,” tambahnya.
Ishiba kemudian memanggil Koizumi ke Kantor Perdana Menteri Jepang untuk menggantikan Eto dan melakukan reformasi pertanian di Negeri Sakura. Koizumi menilai situasi pasokan beras sudah mencapai titik paling sulit. Namun, dia berjanji akan memberikan yang terbaik untuk masyarakat Jepang.***