Legislator PDIP Singgung Ironi Industri Tembakau: Banyak Hasilkan Pemasukan tapi Diabaikan Pemerintah

Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Sofwan Dedy Ardyanto | dok. DPR RI
Bagikan

JAKARTA, KORAN INDONESIA – Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Sofwan Dedy Ardyanto menilai industri tembakau Indonesia semakin lemah. Menurutnya, kebijakan pemerintah yang meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) berdampak besar pada nasib petani tembakau dalam negeri.

“Ini pasarnya jelas. Incomenya jelas, tapi kita kemudian harus meratifikasi FCTC yang membuat sekarang industri tembakau itu perlahan-lahan ini melemah ototnya,” kata Sofwan dalam rapat Rancangan Undang-Undang Komoditas Strategis di Gedung DPR, Jakarta, dikutip, Minggu (7/9/2025).

Sofwan menilai, kondisi industri tembakau saat ini memprihatinkan. Ia mencontohkan kondisi di dapilnya, Temanggung, Jawa Tengah. Ada satu gudang rokok yang sudah dua tahun tidak membeli tembakau petani, padahal dulu bisa belanja hingga Rp1,2 triliun per tahun.

Sofwan menyebut, banyak petani sudah tidak lagi berpikir untuk menanam tembakau karena sikap pemerintah.

“Jadi petani tembakau kita hari ini sudah pada level hopeless pak dan itu terjadi akibat regulasi kita sendiri,” ujarnya.

Ironinya, kata Sofwan, Indonesia adalah produsen tembakau terbesar keempat di dunia. Namun, pada 2023 justru impor tembakau dari Cina mencapai 44.000 ton, berdasarkan data BPS.

Padahal, industri tembakau menyerap banyak tenaga kerja. Data yang dipaparkan Sofwan, ada 5,9 juta pekerja di sektor ini dan sekitar 2,5 juta petani di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan NTB.

Tak hanya itu, kontribusi cukai rokok bagi negara mencapai Rp216 triliun. Jumlah ini bahkan lebih besar daripada target dividen BUMN tahun 2025 sebesar Rp203,09 triliun, belum termasuk pajak industri rokok Rp22,98 triliun.

“Ini fakta semua berbicara tentang bagaimana potensi industri, hasil industri tembakau itu tidak bisa dinafikkan. Itu sudah menjadi bagian daripada urat nadi kehidupan perekonomian negara dan bangsa kita,” kata pria yang maju di Dapil Jawa Tengah VI itu.

Ia menegaskan, tembakau bukan hanya soal rokok. Tembakau juga bisa dimanfaatkan untuk fitopatologi, nutrisi, hingga limbah selulosa yang dapat diolah kembali.

Oleh karena itu, Sofwan berharap RUU Komoditas Strategis bisa memberi solusi untuk industri tembakau.

“Harapan saya adalah RUU ini bisa kembali membangkitkan potensi industri hasil tembakau di Indonesia,” katanya.***

Baca jugaFraksi PDIP Usul Tunjangan Rumah Anggota DPR Dihentikan Demi Kepatutan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top