Serangan Israel ke Palestina Meningkat, Warga Sipil Jadi Korban Kekerasan

Bagikan
Pasukan infantri IDF melakukan invasi darat di wilayah Jalur Gaza, Palestina, Sabtu (17/05/2025). (IDF)
JALUR GAZA, KORANINDONESIA.NET – Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defence Forces/IDF) telah mengintensifkan serangan ke Jalur Gaza, Palestina, Senin (19 Mei 2025). Operasi militer itu telah menyebabkan warga sipil dan anggota Hamas terbunuh.

Seperti dilansir Aljazeera, serangan udara IDF menewaskan sedikitnya 28 warga sipil, Senin (19 Mei 2025) sampai pukul 09.00 waktu lokal. Sementara itu, jumlah korban dari kelompok Hamas mencapai puluhan jiwa dengan target serangan hancur mencapai 670.

“Lima divisi infantri IDF kini masuk dan beroperasi ke Gaza,” ujar Juru Bicara IDF Brigjen Effie Defrin, dikutip The Jerusalem Post. “Kami akan fokus menyerang pasukan Hamas, terutama persenjataan militer, terowongan bawah tanah, dan kru anti-tank,” tambahnya.

Kelima tim itu berasal dari divisi 36, 98, 143, 162, dan 252. Satu divisi biasanya terdiri dari ribuan tentara infantri. Pengerahan pasukan dalam jumlah besar tersebut tidak pernah dilakukan IDF sejak operasi militer pada 2023-2024 dan kini menjadi invasi paling besar.

Warga Sipil Jadi Korban

Gudang pasokan peralatan kesehatan di RS Nasser hancur setelah terkena serangan udara Israel di Jalur Gaza, Palestina, Senin (19/05/2025). (Kemenkes Palestina)

Sekalipun IDF mencoba menyasar pasukan Hamas, dampak serangan terhadap warga sipil tidak dapat terelakkan. Selain banyak warga sipil yang tewas, khususnya anak-anak dan perempuan, serangan itu juga menghancurkan pasokan medis dan menimbulkan ketakutan.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina, serangan udara IDF bahkan menghantam Rumah Sakit Nasser dan meninggalkan dampak yang signifikan. Sejumlah peralatan kesehatan hancur, termasuk botol cairan intravenous (IV) untuk kebutuhan infus pasien.

Pemerintah Israel juga telah memblokade aliran pangan menuju Gaza selama lebih dari 10 hari. Akibatnya, banyak anak-anak yang menderita malnutrisi. Ahli nutrisi Rana Soboh bahkan mengaku melihat ibu menyusui pingsan karena tidak makan selama beberapa hari.

“Saya juga melihat seorang bayi berusia satu tahun berat badannya hanya lima kilogram di fasilitas kesehatan,” terang Rana yang bekerja di MedGlobal. “Tumbuh kembangnya terganggu. Dia tampak sangat lemah. Begitupun dengan ibunya yang kekurangan gizi,” sambungnya.***

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top