Mengenal Asap Putih dan ‘Habemus Papam’: Tanda Terpilihnya Paus Baru

Asap putih tanda terpilih paus baru
Bagikan

KORAN INDONESIA – Ketika seorang paus baru terpilih, ada dua tanda penting yang menandai momen bersejarah itu. Tanda tersebut adalah asap putih dari cerobong Kapel Sistina dan ucapan “habemus papam” dari balkon Basilika Santo Petrus.

Asap Putih

Tradisi asap putih sebagai penanda terpilihnya paus baru telah berlangsung sejak lama. Pada Konsili Lyon II tahun 1274, Paus Gregorius X menetapkan prosedur konklaf dalam dokumen Ubi Periculum.

Dalam dokumen itu, ia memerintahkan agar proses pemilihan dilakukan secara tertutup dan rahasia. Untuk mencegah komunikasi ke luar, digunakan asap sebagai penanda hasil konklaf.

Sejarawan Frederic J. Baumgartner mencatat, tradisi membakar surat suara sudah ada setidaknya sejak 1417. Namun, penambahan asap putih sebagai penanda paus terpilih baru muncul pada 1914 saat terpilihnya Paus Benediktus XV.

Jika asap yang keluar dari cerobong berwarna hitam, artinya belum ada kandidat yang memperoleh dua pertiga suara. Jika asap berwarna putih, maka Gereja telah memiliki paus baru.

Dahulu, asap hitam dihasilkan dari pembakaran jerami basah bersama surat suara, sedangkan asap putih dari jerami kering. Kini, digunakan bahan kimia khusus dan dua saluran terpisah untuk menghasilkan warna asap yang jelas.

Selain itu, sejak pemilihan Paus Benediktus XVI, dibunyikan lonceng untuk menegaskan bahwa paus telah terpilih. Ini membantu menghindari kebingungan akibat warna asap yang kurang jelas.

Habemus Papam

Pengumuman paus baru disampaikan dalam bahasa Latin dengan frasa terkenal “habemus papam.” Namun, rumus lengkapnya sedikit lebih panjang dan penuh makna.

Teks pengumuman tersebut berbunyi:

Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus papam; Eminentissimum ac reverendissimum Dominum, Dominum [nama depan] Sanctæ Romanæ Ecclesiæ Cardinalem [nama belakang], qui sibi nomen imposuit [nama pontifikal].”

Artinya: “Saya umumkan kepada Anda sebuah sukacita besar: Kita memiliki paus! Yang Mulia dan Sangat Terhormat, Tuan [nama], kardinal dari Gereja Roma Suci, yang memilih nama [nama paus].”

Ucapan ini terinspirasi dari Injil Lukas, saat malaikat mengumumkan kelahiran Yesus kepada para gembala. Dalam Lukas 2:10-12, disebutkan kabar sukacita tentang kelahiran Juruselamat di kota Daud.

Formula ini mulai digunakan pada 1417, saat pemilihan Paus Martinus V. Saat itu, Gereja baru saja keluar dari masa perpecahan akibat tiga klaim takhta kepausan.

Dua dari “paus” sebelumnya telah diberhentikan dan satu lainnya mengundurkan diri.

Maka, frasa “habemus papam” juga bisa dimaknai sebagai, “Akhirnya, kita punya paus yang sah dan tunggal!”***

Baca juga: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top