KORAN INDONESIA – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mencurigai adanya upaya dari pihak-pihak tertentu yang berusaha mengacaukan data ketersediaan beras nasional. Dugaan tersebut mengarah pada aksi mafia pangan yang dinilai sengaja memanipulasi data untuk menciptakan kesan kelangkaan di tengah upaya pemerintah menjaga ketahanan dan swasembada pangan.
“Kasus ini sedang ditangani oleh Satgas Pangan. Kami meminta agar tidak ada yang mempermainkan nasib petani dan konsumen,” ujar Mentan saat menghadiri penyembelihan hewan kurban dalam rangka Idul Adha 1446 H di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (6/6).
Amran menyebut, dari laporan internal yang diterimanya, ditemukan indikasi adanya manipulasi data yang menyesatkan opini publik. Data tersebut menampilkan seolah-olah stok beras nasional terbatas, padahal kenyataannya beras tersedia dalam jumlah yang mencukupi.
“Stok beras kita sangat cukup, tapi ada pihak yang mencoba mengaburkan fakta, seolah-olah terjadi kekurangan. Ini jelas menyesatkan,” ujarnya.
Ia menegaskan, cadangan beras pemerintah (CBP) yang kini dikelola Perum Bulog telah menembus lebih dari 4 juta ton—jumlah tertinggi dalam hampir enam dekade terakhir.
Dengan kondisi itu, Amran optimistis target swasembada beras yang sebelumnya ditetapkan pada tahun keempat masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bisa direalisasikan lebih cepat, yakni pada tahun ketiga.
Terkait isu gangguan cuaca yang diklaim sebagai penyebab turunnya produksi beras, Amran menyebut tudingan tersebut tidak terbukti. Setelah ditelusuri oleh Satgas Pangan, informasi itu dinilai tidak valid.
“Setelah diperiksa, ternyata klaim anomali cuaca itu tidak benar. Mereka pun sudah menyampaikan permintaan maaf kepada Satgas. Tapi saya bilang, ini tidak bisa dibiarkan. Harus diproses,” tegasnya.
Meski begitu, Amran belum mengungkap secara terbuka siapa saja pihak-pihak yang diduga terlibat dalam praktik manipulasi data tersebut.
Ia mengingatkan, bila data stok disesatkan sehingga pemerintah mengambil langkah impor, maka yang paling dirugikan adalah petani.
“Kalau data dimanipulasi dan pemerintah memutuskan impor, petani yang jadi korban. Mereka akan kehilangan semangat untuk terus menanam. Jangan sampai itu terjadi,” katanya.
Amran juga menyoroti langkah Presiden Prabowo yang telah memberi dukungan penuh bagi petani, mulai dari penyaluran bantuan pupuk hingga kebijakan pembelian gabah dan beras langsung dari petani.
“Kalau kita ingin negara ini kuat, perkuatlah petaninya. Jumlah petani di Indonesia mencapai sekitar 150 juta orang, termasuk yang bergerak di sektor hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Jika mereka sejahtera, Indonesia pasti kuat,” tandasnya.
Sebelumnya, Amran juga menyinggung kejanggalan yang terjadi pada distribusi beras di Gudang Cipinang, Jakarta. Pada Mei 2025, tercatat ada lonjakan distribusi yang tidak biasa.
“Biasanya distribusi harian di sana hanya 1.000 hingga 3.500 ton. Tapi ada satu hari, keluar hingga 11 ribu ton. Ini angka yang tidak wajar dan perlu ditelusuri lebih lanjut,” ujarnya.