JAKARTA, KORAN INDONESIA – Locus of control adalah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Julian B. Rotter pada tahun 1954 sebagai bagian dari teori belajar sosialnya.
Konsep ini mengacu pada sejauh mana individu percaya bahwa mereka memiliki kontrol atas peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka.
Ada dua jenis locus of control yang umum dikenal: internal locus of control dan external locus of control.
Definisi Locus of Control
Locus of control dapat dipahami sebagai keyakinan seseorang tentang seberapa besar kendali yang mereka miliki atas kejadian-kejadian dalam hidup mereka.
Jika seseorang memiliki internal locus of control, mereka cenderung percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan mereka disebabkan oleh usaha, keterampilan, atau keputusan pribadi mereka.
Sebaliknya, individu dengan external locus of control percaya bahwa faktor eksternal seperti nasib, keberuntungan, atau intervensi orang lain yang mempengaruhi peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka.
Internal vs. External Locus of Control: Penelitian dari Berbagai Negara
Beberapa penelitian internasional telah membahas bagaimana locus of control memengaruhi berbagai aspek kehidupan individu, mulai dari kesehatan mental hingga kinerja akademik.
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan di Personality and Social Psychology Bulletin oleh Benassi, Sweeney, dan Dufresne (1988), ditemukan bahwa individu dengan internal locus of control cenderung lebih optimis dalam menghadapi tantangan dan lebih mampu mengatasi stres.
Mereka percaya bahwa mereka dapat mengubah situasi dengan usaha dan keputusan mereka sendiri, yang membuat mereka lebih proaktif dalam mencapai tujuan mereka.
Sebaliknya, individu dengan external locus of control lebih rentan terhadap perasaan tak berdaya dan pesimis, karena mereka merasa tidak memiliki kendali atas hasil-hasil dalam hidup mereka.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang dengan external locus of control cenderung mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan lebih sulit untuk menangani ketidakpastian dalam hidup.
Pengaruh Locus of Control dalam Berbagai Konteks
Kesehatan Mental dan Kesejahteraan Psikologis
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology (2002) oleh Rotter dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of control memiliki kecenderungan untuk lebih aktif dalam mencari dukungan sosial, berpartisipasi dalam aktivitas yang mendukung kesejahteraan mereka, dan lebih sedikit mengalami depresi dan kecemasan.
Sebaliknya, orang dengan external locus of control lebih mungkin mengalami masalah psikologis karena mereka merasa kurang berdaya dalam mengendalikan situasi sulit yang mereka hadapi.
Kinerja Akademik
Studi lain yang diterbitkan dalam Learning and Individual Differences oleh Zimmerman dan Schunk (2001) menunjukkan bahwa siswa dengan internal locus of control memiliki kinerja akademik yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki external locus of control.
Hal ini disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa usaha dan strategi yang mereka pilih akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
Sebaliknya, siswa dengan external locus of control lebih sering merasa bahwa prestasi akademik mereka tergantung pada faktor-faktor luar seperti guru atau keberuntungan, yang dapat menghambat motivasi mereka untuk belajar lebih keras.
Kesehatan Fisik
Penelitian yang dilakukan oleh Wallston et al. (1994) dalam Health Psychology juga menunjukkan hubungan antara locus of control dan perilaku kesehatan.
Individu dengan internal locus of control lebih cenderung menjaga pola makan sehat, berolahraga, dan mengikuti saran medis karena mereka merasa dapat mengontrol kesehatan mereka melalui tindakan mereka sendiri.
Sebaliknya, orang dengan external locus of control lebih cenderung untuk mengabaikan faktor-faktor gaya hidup sehat, karena mereka percaya bahwa kesehatan mereka lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti nasib atau genetika.
Locus of Control dalam Konteks Budaya
Salah satu hal yang menarik dalam penelitian tentang locus of control adalah bagaimana konsep ini diterima dan diterapkan di berbagai budaya.
Penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Psychology oleh Spector dan O’Connell (2001) menunjukkan bahwa di beberapa negara Barat, seperti Amerika Serikat, terdapat kecenderungan lebih besar untuk menghargai internal locus of control, yang sesuai dengan nilai-nilai individualisme yang sangat kuat.
Sebaliknya, di negara-negara dengan budaya kolektivis, seperti beberapa negara Asia, external locus of control mungkin lebih umum diterima karena orang lebih cenderung mempercayai pengaruh faktor eksternal seperti keluarga, masyarakat, atau takdir.
Di Indonesia, sebagai negara dengan budaya kolektivis, meskipun ada pengaruh globalisasi yang memperkenalkan ide-ide individualistik, banyak individu yang masih melihat keberhasilan dan kegagalan sebagai hasil dari dukungan keluarga, jaringan sosial, atau kondisi eksternal lainnya.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya menunjukkan bahwa orang dengan external locus of control mungkin lebih fokus pada hubungan interpersonal dan peran keluarga, ketimbang pada usaha individu mereka sendiri.