Marahnya Ayah Lebih Diingat: Mitos atau Fakta?

Bagikan

KORAN INDONESIA – Muncul sikap marah tentu ada sebab dibaliknya. Tidak serta merta seseorang khususnya orang tua memarahi anak-anak mereka tanpa sebuah alasan. 

Mungkin saja sang anak melanggar aturan yang telah ditetapkan orang tua, berbicara dengan nada tinggi, atau memberontak. 

Orang tua di rumah yang sigap mengingati, melindungi, menegur, hingga sampai pada memarahi adalah seorang ibu. 

Ibu akan lebih dominan memarahi anaknya bila berbuat salah karena ibu yang selalu ada di rumah. 

Frekuensi seringnya ibu marah sudah menjadi hal biasa bagi anak. Namun, ketika ayah kesal dan mulai emosional, anak akan terkejut sebab tidak biasa. 

Kemarahan dari ayah karena frekuensi terjadinya rendah, tetapi intensitasnya tinggi sehingga membentuk kejadian yang kemudian selalu terbenam di otak anak tersebut. 

Ekspresi kemarahan dari ayah justru meninggalkan kesan yang lebih kuat dan berpotensi mempengaruhi kesehatan mental anak.

Studi menunjukkan dampak kemarahan ayah terhadap kecemasan anak. 

Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Men’s Health oleh Vered Shenaar-Golan dan kawan-kawan meneliti Perasaan Ayah dan Kecemasan Anak: Peran Mediasi dari Keterikatan Tidak Aman Ayah-Anak dan Pengaturan Emosi Anak.

Hasil studi menunjukkan bahwa keterikatan yang tidak aman dan regulasi emosi secara unik terkait dengan kecemasan anak. 

Kemarahan ayah dapat meningkatkan kecemasan karena hubungan keterikatan yang tidak aman-cemas antara ayah-anak.

 

Baca juga: Setop! Ini 7 Bahaya Bila Anda BAB Sambil Bawa Ponsel

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *