KORAN INDONESIA – MSG atau monosodium glutamat adalah zat tambahan makanan yang biasa digunakan untuk memperkuat rasa umami. MSG banyak ditemukan dalam masakan Asia, makanan cepat saji, mi instan, camilan, dan makanan beku.
MSG berasal dari asam glutamat, yaitu asam amino alami yang juga terdapat pada tomat dan keju. Asam glutamat berperan dalam sistem saraf, membantu mengirim sinyal dari otak ke tubuh.
Secara fisik, MSG berbentuk bubuk putih mirip garam atau gula. Rasanya gurih dan memberi cita rasa ‘daging’ pada makanan.
Melansir Healthline, Badan POM Amerika Serikat (FDA) menyatakan MSG aman untuk dikonsumsi. Namun, sebagian orang mengaku mengalami efek samping setelah mengonsumsi MSG, seperti sakit kepala.
Sejumlah penelitian telah meneliti hubungan antara MSG dan sakit kepala. Hasilnya, belum ada bukti kuat yang menyatakan MSG secara langsung menyebabkan sakit kepala atau migrain.
Beberapa studi yang memberi MSG dalam bentuk cair tanpa makanan menunjukkan peningkatan keluhan sakit kepala. Namun, studi tersebut dinilai kurang valid karena rasa MSG mudah dikenali, sehingga bisa memengaruhi hasil.
Lembaga Internasional untuk Sakit Kepala bahkan telah menghapus MSG dari daftar penyebab sakit kepala. Artinya, hubungan antara MSG dan sakit kepala masih belum terbukti secara ilmiah.
Meski umumnya aman, konsumsi MSG dalam jumlah besar (lebih dari 3 gram per hari) bisa menimbulkan gejala, seperti tekanan darah naik, lemas, atau kesemutan. Namun, konsumsi rata-rata harian masyarakat masih jauh di bawah angka tersebut.
Kesimpulannya, tidak ada bukti kuat bahwa MSG menyebabkan sakit kepala. Namun, jika merasa sensitif terhadap MSG, sebaiknya hindari makanan yang mengandung zat ini.***
Baca juga: Terlambat Tangani Pasien Rabies Akibatkan Kematian: Mitos atau Fakta?