KORAN INDONESIA – Pemerintah Indonesia terus mendorong pembangunan kilang minyak nasional sebagai bagian dari penguatan ketahanan energi. Salah satu langkahnya, mengirim tim teknis ke Angola dan Amerika Serikat untuk mempelajari teknologi dan rencana pembangunan kilang berkapasitas 1 juta barel per hari.
Ketua Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Bahlil Lahadalia mengatakan, tim itu sudah kembali ke Indonesia. Tim tersebut terdiri dari perwakilan Pertamina, Lemigas, Ditjen Migas, dan SKK Migas.
“Saya melaporkan, menyampaikan di forum ini bahwa tim kita untuk refinery yang kita membangun sekitar 1 juta barel, itu tim kita dari Angola sudah balik yang dari Amerika,” ujar Bahlil kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/7/2025).
Meski demikian, Bahlil belum bisa memaparkan hasil kunjungan tersebut secara rinci. Ia mengaku masih menunggu laporan lengkap dari tim teknis.
Selain fokus pada pembangunan kilang, pemerintah juga akan membangun fasilitas penyimpanan minyak mentah (crude storage) dengan kapasitas cadangan selama 21 hari. Hal ini disiapkan untuk menjamin stabilitas energi nasional.
“Termasuk sebenarnya adalah kita akan membangun storage crude untuk ketahanan energi kita selama 21 hari,” ujar Bahlil.
Menurut Bahlil, proyek ini terbuka untuk berbagai skema kerja sama. Tidak hanya dilakukan oleh Pertamina, tetapi juga bisa melibatkan swasta secara langsung.
“Dua-duanya opsinya ada. Apakah Pertamina atau Blending atau swasta sendiri,” ucapnya.
Pembangunan kilang ini merupakan bagian dari program hilirisasi energi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Awalnya direncanakan hanya 500 ribu barel per hari, namun kini ditingkatkan menjadi 1 juta barel.
Pemerintah juga sedang mengkaji 16 lokasi calon pembangunan kilang minyak baru. Lokasi itu tersebar di Pulau Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.***
Baca juga: Cara Cek Penerima Dana PIP 2025 untuk Siswa SD dan Besarannya
